Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Myanmar Dituding Gunakan Perkosaan Jadi Senjata

Kompas.com - 15/01/2014, 19:28 WIB

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Militer Myanmar dituduh tetap menggunakan pemerkosaan sebagai senjata dalam berbagai konflik etnis meski pemerintah sipil telah terbentuk pada 2010.

Sebuah lembaga nonpemerintah, Liga Perempuan Burma, mengatakan mencatat lebih dari 100 kasus pemerkosaan, termasuk terhadap anak-anak berusia delapan tahun dilakukan militer Myanmar. Sebagian besar pemerkosaan terkait dengan konflik di kawasan Kachin dan negara bagian Shan.

Sekitar setengah dari seluruh kasus pemerkosaan itu dilakukan beramai-ramai yang mengakibatkan 28 orang perempuan meninggal dunia. Demikian catatan laporan Liga Perempuan Burma.

"Sifatnya yang meluas dan sistematis mengindikasikan sebuah pola yang terstruktur: pemerkosaan masih digunakan sebagai peralatan perang dan penindasan.

Namun seorang juru bicara kepresidenan, Ye Htut, membantah tegas tuduhan Liga Perempuan Myanmar tersebut.

"Jika ada kasus pemerkosaan yang dilakukan perorangan, kami berupaya mengungkapkannya dan mengambil tindakan efektif atas pelakunya," tuturnya kepada kantor berita Reuters.

Prsiden Thein Sein sudah menerapkan reformasi sejak pemilihan umum November 2010 setelah pemilihan umum yang membentuk pemerintahan sipil dukungan militer.

Wartawan BBC di Rangoon, Jonah Fisher, melaporkan akhir bulan ini akan digelar perundingan baru untuk membicarakan gencatan senjata dalam semua konflik etnik di Myanmar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com