Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertempuran antara Oposisi Suriah dan ISIL Tewaskan 500 Orang

Kompas.com - 10/01/2014, 22:14 WIB
DAMASKUS, KOMPAS.com — Selama sepekan pertempuran antara koalisi pemberontak dan kelompok militan Negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL) di wilayah utara Suriah telah menewaskan hampir 500 orang, termasuk 85 warga sipil.

"Kami telah mencatat sebanyak 482 orang tewas dalam pertempuran. Sebanyak 240 orang anggota koalisi pemberontak, 157 anggota ISIL, dan 85 orang warga sipil," kata Direktur Lembaga Pemantau HAM Suriah, Rami Abdel Rahman, Jumat (10/1/2014).

Di antara korban warga sipil, lanjut Rami, sebanyak 42 orang tewas dieksekusi ISIL di kota Aleppo.

Pasukan pemberontak, tambah Rami, juga melakukan eksekusi terhadap 47 anggota ISIL, terutama di provinsi Idlib.

"Korban tewas lainnya jatuh dalam pertempuran. Tampaknya jumlah korban tewas akan terus bertambah, tetapi sulit untuk mendokumentasikan dengan akurat jumlah seluruh korban tewas," tambah Rami.

Sepanjang Jumat ini, pasukan pemberontak terus bergerak maju di kota Aleppo dan Idlib, di mana posisi ISIL relatif lebih lemah. Namun, cengkeraman ISIL jauh lebih kuat di kota Raqa yang sudah mereka kuasai selama beberapa bulan.

Pertempuran front baru ini membuat rakyat Suriah semakin menderita. Sebagian besar warga terjebak di dalam rumah mereka dan tak berani beraktivitas akibat pertempuran yang terus terjadi.

"Di kota Aleppo, warga terperangkap di dalam rumah mereka dan tak berani keluar rumah untuk mencari makanan atau obat-obatan. Mereka khawatir menjadi korban para penembak jitu," kata seorang aktivis anti-pemerintah, Alaaeddine.

"Di kota Raqa kondisinya jauh lebih parah," lanjut dia.

Meski di sejumlah garis depan pasukan pemberontak berhasil menekan posisi-posisi ISIL, tetapi sejumlah pengamat mengatakan, pasukan ISIL tidak akan begitu saja terusir dari Suriah.

"Mereka akan tetap beroperasi di Suriah, tetapi akan dalam bentuk yang jauh lebih independen dan terkadang melawan kelompok pemberontak yang lain," kata peneliti di lembaga Brookings Doha Centre, Charles Lister.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com