Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Kamboja Tembaki Pengunjuk Rasa, 3 Tewas

Kompas.com - 03/01/2014, 16:36 WIB
PHNOM PENH, KOMPAS.com — Tiga orang tewas ketika aparat kepolisian Kamboja, Jumat (3/1/2014), melepaskan tembakan ke arah buruh perusahaan garmen yang berunjuk rasa, yang menentang pemerintahan PM Hun Sen.

Para pekerja bersenjatakan kayu, batu, dan bom molotov bentrok dengan polisi bersenjata lengkap di kawasan industri Veng Sreng di Phnom Penh.

Untuk membubarkan massa, polisi melepaskan tembakan peringatan ke udara. Namun, setelah peringatan itu tidak diindahkan, polisi langsung mengarahkan tembakan ke arah para pengunjuk rasa.

"Tiga orang tewas dan dua orang terluka," kata wakil komisaris polisi Phnom Penh, Chuon Narin.

Aktivis HAM, Chan Soveth, yang berada di lokasi unjuk rasa, mengatakan, ia melihat sedikitnya 10 pengunjuk rasa terluka cukup parah.

"Polisi menggunakan senjata api dan senjata lainnya untuk membubarkan unjuk rasa. Polisi memukuli kepala para pengunjuk rasa," ujar Soveth.

Sementara itu, juru bicara polisi militer Kheng Tito mengatakan, tindakan keras itu diambil setelah sembilan orang polisi terluka akibat lemparan batu.

"Kami mengkhawatirkan kondisi keamanan secara umum. Jadi, kami terpaksa membubarkan mereka. Jika kami terus mengizinkan mereka berunjuk rasa, situasi ini akan berakhir dalam sebuah tindakan anarki," ujar Tito.

Unjuk rasa buruh perusahaan tekstil di Kamboja yang bernilai miliaran dollar Amerika merupakan hal biasa. Mereka biasanya menuntut perbaikan upah dan peningkatan kondisi serta keamanan kerja.

Sektor ini mempekerjakan sekitar 650.000 orang dan menjadi salah satu pemasok pendapatan Kamboja. Para pekerja ini menuntut upah sebesar 160 dollar AS per bulan atau hampir Rp 2 juta.

Sementara itu, pemerintahan PM Hun Sen, setelah berkuasa selama hampir tiga dekade, kini mulai menghadapi perlawanan tak hanya dari para pekerja garmen, tetapi juga dari kubu oposisi yang menuntutnya mundur dari jabatannya.

Pihak oposisi yang dipimpin Sam Rainsy juga menuntut pemilu ulang karena menuduh rezim Hun Sen melakukan kecurangan dalam pemilu terakhir beberapa waktu lalu.

Terkait kekerasan yang dilakukan polisi terhadap unjuk rasa buruh itu, Sam Rainsy mengeluarkan kecaman keras.

"Kekerasan itu tak dapat diterima sebagai upaya untuk meredam tidak hanya pemogokan pekerja, tetapi juga gerakan pekerja secara umum yang berkembang di Kamboja menyusul pemilu pada Juli lalu," kata Rainsy.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com