Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersikap Rasial, Wanita Australia Terpaksa Melahirkan di Penjara

Kompas.com - 21/12/2013, 00:47 WIB

MELBOURNE, KOMPAS.com — Seorang perempuan berusia 21 tahun yang tengah mengandung terpaksa melahirkan di dalam penjara setelah dihukum atas tindakan rasialnya menyerang seorang remaja pencari suaka.

Theresa Maree Hillier menyerang seorang remaja berusia 15 tahun karena berbicara dengan menggunakan bahasa Persia di dalam sebuah bus umum di Hobart, Tasmania.

Dari persidangan di Pengadilan Magistrasi terungkap keluarga anak itu telah menjadi korban kekejaman Taliban di Afganistan dan menyebabkan ia harus melarikan diri ke Tasmania. Anak itu baru berada di Tasmania kurang dari tiga bulan dan belum bisa berbahasa Inggris.

Hillier memaki dan memukulnya di bagian kepala. Teman laki-laki Hillier yang juga ikut menjadi tersangka dalam kasus ini, Raymond Michael Horton, dituduh turut melakukan pemukulan. Horton beberapa kali memukul korban di bagian kepala dan badan.

Hakim Magistrasi Sam Mollard mengatakan, serangan itu dimotivasi oleh tindakan rasial. "Ini serangan rasial—tidak ada penjelasan atau kemungkinan lain yang bisa dilihat dari tindakan ini," katanya di pengadilan.

Hakim Magistrasi mengatakan, hukuman penjara bagi Hiller akan menjadi sangat berat karena dia tengah hamil dan karenanya akan melahirkan di balik jeruji besi.

"Ini adalah kenyataan yang mengerikan, aib baginya dan stigma pada generasi berikutnya... itu adalah langkah yang saya ambil dengan sangat hati-hati."

Mollard mengatakan, kekerasan yang dialami korban tidak sebatas fisik, tetapi juga psikologis.

Dr Gillian Long, pejabat sementara Pusat Sumber Daya Migran, setuju dengan pandangan ini.  Menurutnya, banyak pencari suaka tidak melaporkan serangan yang mereka alami karena takut.

"Hukuman ini mengirimkan pesan kalau pencari suaka harus melaporkan serangan yang mereka alami karena laporan itu akan direspons oleh pihak kepolisian dan sistem hukum di Australia juga akan merespons serangan yang bersifat rasial," katanya.

"Para pencari suaka ini telah menyaksikan penyiksaan, mengalami trauma, dan kemudian harus mengalami trauma lagi ketika mereka tiba di Australia yang mereka anggap sebagai tempat yang aman itu sangat menyakitkan," tambah Long.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com