Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolektor Indonesia Terbukti Jual Anggur Langka Palsu di AS

Kompas.com - 20/12/2013, 10:26 WIB
NEW YORK, KOMPAS.com — Rudy Kurniawan, kolektor dan penjual anggur klasik langka asal Indonesia yang tinggal di California, AS, Rabu (18/12/2013), dinyatakan terbukti melakukan penipuan karena membuat anggur klasik palsu di dapur rumahnya.

Rudy, yang keluarganya, menurut laporan sejumlah media asing, menjalankan usaha distribusi bir yang menguntungkan di Indonesia, tampak tidak berekspresi setelah dinyatakan terbukti bersalah telah menjual anggur-anggur palsu senilai 1,3 juta dollar AS (atau sekitar Rp 15,7 miliar) kepada kolektor kaya lainnya.

Hukuman untuk Rudy akan ditentukan pada 24 April tahun depan. Ancaman hukumannya bisa mencapai 40 tahun penjara.

Setelah Rudy (37) dibawa keluar dari ruang sidang oleh sejumlah petugas keamanan AS, pengacaranya, Jerome Mooney, mengatakan bahwa kliennya kecewa. Mooney mengatakan, persidangan telah mengungkapkan adanya budaya "jangan tanya, jangan katakan" dalam bisnis anggur klasik high-end atas apa yang sedang dijual.

Dalam argumentasi penutup sehari sebelumnya, para jaksa penuntut mengatakan, Rudy melakukan "magic show" untuk menipu pencinta anggur agar berpikir dia mempunyai akses ke anggur paling langka di dunia. Mereka mengatakan, Rudy meraup jutaan dollar dari 2004 hingga 2012 dengan memproduksi anggur tua palsu di dapurnya di Arcadia, California, walaupun dia telah diperintahkan untuk meninggalkan negara itu tahun 2003.

Namun, Mooney mengatakan, pemerintah menemukan adanya penimbunan di rumah di pinggiran kota Los Angeles itu ketika mereka menangkap Rudy tahun lalu. Menurut Mooney, pemerintah telah salah menafsirkan adanya ratusan sumbatan gabus dan berbagai perlengkapan pembuatan anggur lainnya di sejumlah laci dan lemari sebagai bukti bahwa rumah itu telah diubah menjadi pabrik pembuatan anggur palsu.

Para jaksa mengatakan, uang hasil penipuan itu mendanai gaya hidup mewah Rudy di pinggiran kota Los Angeles. Pria itu, kata mereka, menggunakan uangnya antara lain untuk membeli mobil mewah, pakaian buatan desainer, serta makanan enak dan minuman.

Mooney mengatakan, semua aset Kurniawan telah disita, termasuk rumah di Arcadia, di mana ibunya yang berusia 67 tahun tinggal setelah perempuan itu memperoleh suaka.

Sidang pengadilan menampilkan kesaksian dari William Koch—seorang yachtsman, pengusaha dan investor anggur kaya raya—yang mengatakan dia telah diperdaya dan ditipu Rudy untuk membayar 2,1 juta dollar buat 219 botol anggur palsu. "Saya kecewa dan saya marah," kata Koch saat bersaksi.

Michael Egan, seorang ahli anggur yang disewa Koch untuk menentukan berapa banyak dari 43.000 botol anggur dia miliki merupakan anggur palsu, bersaksi dalam persidangan bahwa sejumlah bukti yang dikumpulkan dari properti Rudy mencakup 19.000 label botol anggur palsu yang mewakili 27 anggur terbaik dunia. Di luar pengadilan setelah persidangan itu, Egan mengatakan, penyidikan dan pengadilan itu telah menyoroti area pasar resale anggur yang sekarang telah dibersihkan, sebagian berkat meningkatnya kesadaran pembuat anggur yang sekarang "membela merek mereka dan membela anggur Perancis pada umumnya".

Para jaksa penuntut mengatakan, Rudy membuat beberapa kesalahan yang berujung pada terbongkarnya penipuannya. Mereka, antara lain, menuduh bahwa sebuah botol Domaine Ponsot yang Rudy coba jual dalam lelang tahun 2008 diberi keterangan sebagai buatan tahun 1929, padahal pembuat anggur itu belum mulai melakukan pembotolan sampai 1934.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com