Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Tokyo Mundur karena Diduga Terima Suap

Kompas.com - 19/12/2013, 14:07 WIB
TOKYO, KOMPAS.COM - Gubernur Tokyo, Naoki Inose, mengundurkan diri, Kamis (19/12), setelah mengaku pernah terima uang sebesar 50 juta yen (setara Rp 5,8 miliar) dari seorang taipan rumah sakit jelang pemilu tahun lalu. Inose sebelumnya tidak pernah mengumumkan penerimaan uang itu yang menurut dia merupakan pinjaman pribadi yang bebas bunga.

Inose telah menghadapi tekanan kuat dalam beberapa minggu terakhir terkait kecurigaan bahwa uang dalam jumlah besar itu merupakan uang suap dan untuk mempengaruhi kebijakan.

"Saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai gubernur Tokyo," kata Inose dalam sebuah konferensi pers yang diatur tergesa-gesa. "Saya berniat untuk melaksakan kewajiban saya menjelaskan kepada majelis kota, rakyat Tokyo dan rakyat bangsa ini. Namun sayangnya saya tidak bisa menjernihkan keraguan atas diri saya. Ini semata-mata karena saya kurang memiliki kebajikan."

Inose, yang kehilangan istrinya karena kanker pada awal tahun ini, merupakan tokoh kunci dalam upaya sukses Tokyo untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2020. Dia mengatakan bahwa pengunduran dirinya sebagian bermaksud demi mencegah dampak negatif bagi persiapan Olimpiade itu.

Inose, penulis yang berubah haluan jadi politisi, mengaku pada November lalu bahwa dia menerima 50 juta yen dari keluarga politik di balik kelompok usaha rumah sakit besar Tokushukai sebelum maju dalam pemilihan gubernur tahun lalu. Dia tidak mengumumkan penerimaan itu dalam rekening kampanyenya karena dia berkeras itu bukan jenis dana suap.

Berdasarkan UU Pemilu Jepang, bendahara kampanye harus melaporkan semua pendapatan, seperti segala jenis sumbangan, yang terkait dengan berkampanye. Mereka yang melanggar UU itu dapat menghadapi hukuman penjara hingga tiga tahun atau denda sampai 500 ribu yen.

Inose, yang menjadi gubernur Tokyo setelah Shintaro Ishihara yang nasionalis, semakin terpojok selama beberapa minggu terakhir terkait kasus itu. Dia dicerca majelis kota dalam beberapa kesempatan.

Hari Kamis ini, Inose yang berusia 67 tahun, mengakui bahwa dirinya naif tentang perbedaan pendapat dalam politik Jepang. "Saya tidak tahu seberapa ketat untuk menjadi politisi profesional," katanya. Ia menambahkan, dirinya tidak begitu jelas tentang semua prosedur yang seharusnya dia ikuti. Saya seorang politikus amatir meskipun saya tahu dengan baik tentang kebijakan. Saya sendiri berpikir bahwa sungguh luar biasa saya bisa menjadi gubernur Tokyo," tambahnya.

Tekanan meningkat ketika Perdana Menteri Shinzo Abe dilaporkan jadi muak dengan skandal itu. "Fakta bahwa (Inose) menerima sejumlah besar uang dari seseorang yang melakukan bisnis yang terkait dengan kewenangannya (untuk menyetujui pembukaan rumah sakit) sudah cukup untuk memastikan pengunduran dirinya," kata Masahiko Komura, wakil ketua Partai Liberal Demokrat pimpinan Abe, kepada wartawan, Rabu, lapor Kyodo.

"Jika dia menunda keputusannya, persiapan Tokyo untuk Olimpiade 2020 akan terpengaruh," kata Komura.

November lalu Inose mengatakan, dia ditawari uang oleh Tokudas, keluarga yang menjalankan Tokushukai, dan bahwa ia merasa "tidak sopan untuk menolak ketika (uang itu) ditawarkan".

Namun lembaga penyiaran publik NHK melaporkan, Inose sendirilah yang mengulurkan tangan kepada keluarga Tokuda dan meminta 100 juta yen sebelum pemilu.

Para jaksa Jepang telah menyelidiki kelompok Tokushukai, yang menjalankan puluhan rumah sakit besar di seluruh neara itu, terkait tuduhan praktik berkampanye ilegal, termasuk memberikan uang kepada pekerja kampanye ketika seorang anggota keluarga itu maju untuk majelis rendah parlemen.

Inose mengatakan, dia melunasi "pinjaman" itu setelah penyelidikan muncul pada September. Dia mengatakan dia baru mampu mengembalikan uang itu setelah penyelidikan karena dia sibuk mengupayakan Tokyo bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 dan mendampingi istrinya yang sedang sekarat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com