Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Afrika Selatan, Bersama Pangeran Charles hingga Oprah Winfrey

Kompas.com - 16/12/2013, 07:17 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber
JOHANNESBURG, KOMPAS.com — Salah satu pidato pelepasan dalam upacara kenegaraan sebelum pemakaman Nelson Mandela disampaikan sahabat seperjuangan Mandela, Ahmed Kathrada. Pesan untuk menjaga warisan Mandela pun berkumandang, berbaur dengan ungkapan duka.

Pidato Kathrada mengundang tangis 4.500-an orang yang memadati lokasi upacara, termasuk tamu asing, mulai dari Pangeran Charles dari Inggris sampai selebritis Amerika Serikat Oprah Winfrey.

"Aku pertama kali bertemu dengannya 67 tahun lalu," kata Kathrada, yang bersama Mandela dijatuhi hukuman seumur hidup karena aktivitas politik mereka, pada 1963. Dia mengingat sosok Mandela dulu adalah petinju amatir tangguh melebihi narapidana lain.

"Selamat tinggal saudaraku, mentorku, pemimpinku," ujar Kathrada dengan suara pecah. "Saya kehilangan saudara, hidup saya kosong, dan saya tak tahu kepada siapa lagi akan berpaling."

Pemakaman Mandela menjadi babak terakhir dari kisah hidup luar biasa figur publik yang menjulangkan arti keberanian dan ketabahan moral. Kisah yang mengubah sosok lelaki kulit hitam ini sebagai simbol global dari kebebasan dan harapan.

Mandela diumumkan meninggal pada Kamis (5/12/2013) malam atau Jumat (6/12/2013) pagi waktu Indonesia. Pemerintah Afrika Selatan menetapkan 10 hari berkabung nasional untuk menghormati meninggalnya Mandela, pendiri "Rainbow Nation".

Hujan tak mengurangi tekad orang-orang Afrika Selatan menyambangi Soweto, untuk antre melihat jenazah Mandela yang disemayamkan di Union Buildings Pretoria.

Senin (16/12/2013), sebuah patung sosok Mandela akan diresmikan di halaman kantor kepresidenan Afrika Selatan. Tanggal peresmian patung itu pun dicanangkan menjadi "Hari Rekonsiliasi" yang menjadi hari libur nasional di Afrika Selatan.

Bagi 50 juta warga Afrika Selatan, Mandela bukan hanya presiden mereka pada suatu ketika, melainkan juga panduan moral yang memandu mereka melewati konflik rasial di negara itu. "Sejak ia meninggal, rasanya saya ingin ikut bersamanya," kata Pascal Moloi (52), yang datang dari Johannesburg untuk dapat menyaksikan jenazah Mandela untuk terakhir kali.

Dalam prosesi upacara kenegaraan itu, Presiden Afrika Selatan Jacob  Zuma mengajak seluruh warga negaranya untuk meneruskan warisan Mandela. "Satu hal yang kami dapat yakinkan Anda pada hari ini, Tata (ayah, panggilan untuk Mandela, red), seperti langkah-langkah terakhir Anda, bahwa Afrika Selatan akan terus meningkat," kata Zuma. "Afrika akan terus meningkat karena kami tak mau gagal."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com