Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/12/2013, 15:41 WIB
ADA sejumlah faktor yang tampaknya telah membuat Defence Signals Directorate (DSD), lembaga mata-mata Australia yang sekarang dikenal sebagai Australian Signals Directorate (ASD), menaruh minat pada Ibu Ani Yudhoyono pada tahun 2009, saat penyadapan terhadapnya dan suaminya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terjadi. Ketika SBY memulai masa jabatan presidennya untuk lima tahun pertamanya tahun 2004, para diplomat AS menilai bahwa suara istrinya "hanya salah satu dari banyak pihak" yang dia dengarkan dalam "pembahasan panjang tentang urusan negara."

Tetapi, hal itu mulai berubah dalam periode pertama itu. Demikian laporan di The Australian, Sabtu (14/12/2013).

Ani Yudhoyono, yang adalah putri Sarwo Edhie Wibowo, seorang letnan jenderal yang mengepalai pasukan khusus Indonesia saat penumpasan gerakan komunis tahun 1960-an, sejak awal karier politik SBY telah memainkan peran aktif dengan membantu kampanye suaminya.

Menurut The Australian, persoalan bagi badan-badan intelijen yang ingin mempelajari lebih jauh pemikiran terdalam SBY adalah bahwa dia merupakan sosok penyendiri yang jarang mengungkapkan pemikirannya bahkan kepada kolega-kolega dekat. Tren itu tampak jelas pada masa jabatan pertamanya sehingga meningkatkan ketergantungannya pada istrinya sebagai orang kepercayaan dalam urusan politik.

Media itu mengutip seorang pakar yang mengatakan, "Di depan umum mereka punya gaya yang sangat agung soal kepresidenan. (Dalam kehidupan privat) mereka membaca koran bersama-sama di pagi hari, mereka senang dan sedih bersama-sama, saling terbuka dan curhat satu sama lain."

Pada Oktober 2007, orang-orang Amerika mencatat dalam telegram rahasia mereka, yang kemudian diungkapkan WikiLeaks, "Ibu Ani satu-satunya orang yang Presiden benar-benar bisa percaya untuk setiap masalah dan saat Presiden memasuki paruh kedua masa jabatannya, ia semakin satu langkah dengan istrinya."

Selama 2009, badan-badan intelijen Australia mencoba untuk mengungkap peran Ibu Ani dalam apa yang mereka yakini merupakan sebuah rencana suksesi presiden yang kompleks. Badan-badan intelijen Australia mengendus, keluarga SBY ingin memastikan kursi presiden RI tetap di tangan mereka walau masa jabatan SBY untuk periode kedua berakhir tahun 2014. Menurut laporan The Australian itu, Ibu Ani selalu menggenggam ambisi tinggi bagi anak sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, seorang perwira militer lulusan Harvard yang kini berusia 35 tahun. Orang di lingkaran dalam mengatakan, pada 2009 Presiden SBY dan istrinya memikirkan rencana untuk memasang Ibu Ani sebagai presiden pada 2014 sampai anak mereka itu sudah cukup umur untuk menduduki kursi itu tahun 2019.

Rencana tersebut tampaknya kandas, paling tidak karena jajak pendapat menunjukkan tingkat elektabilitas Ani Yudhoyono sangat rendah, yaitu hanya hampir 4 persen.

Namun, kembali ke tahun 2009, rencana suksesi tersebut dianggap serius. Seorang wartawan dipekerjakan khusus untuk menulis artikel tentang Ibu Ani di newsletter partai, tampaknya untuk meningkatkan profilnya.

Menurut The Australian, seandainya rencana itu berlanjut, hal itu tentu akan punya konsekuensi signifikan bagi politik Indonesia, dan tentu saja Australia.

Pengaruh Ibu Ani yang sedang naik ketika itu tidak terbatas pada suaminya. Dia juga mengerahkan kekuasaan terkait perubahan di kabinet SBY dan orang-orang di lingkaran dalam. Kedubes AS mengidentifikasi dia sebagai pengaruh utama di balik keputusan SBY menyingkirkan Wakil Presiden Jusuf Kalla dari calon wakil presiden pada Pemilu 2009.

Jika badan-badan intelijen, entah dengan cara bagaimana, bisa memantau hubungan Ibu Ani dengan elite politik Indonesia, hal itu bisa membantu Canberra untuk lebih memahami dinamika internal yang membentuk politik Indonesia.

Faktor lain dalam menyadap Ibu Ani diyakini karena peran aktif yang dia mainkan tahun 2009 dalam membangun konstituen politik di Indonesia. Karya belakang layarnya dipuji karena berperan mengamankan kemenangan SBY pada pemilu bulan Juli tahun itu dengan raihan suara 60 persen.

Menurut The Australian, para pengamat mengatakan, SBY, jika memungkinkan, lebih suka menyerahkan kepada istrinya dan para pembantu istrinya untuk menjangkau konstituen politik kunci. "Ibu Ani mengontrol banyak hal ini, sebagian karena dia seorang penggerak dan SBY, sebagai Presiden, tidak ingin tangannya kotor," kata salah satu orang dalam.

Dengan memonitor ibu negara, badan mata-mata Australia juga berharap untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang posisi keuangan keluarga ibu negara Indonesia itu dan jaringan patronase yang mengalir dari situ.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com