Amuk massa itu diawali saat sejumlah pedagang di kota Quetta menemukan halaman-halaman Al Quran yang tercabik-cabik di peti-peti buah delima yang diimpor dari Iran. Demikian pernyataan pejabat setempat.
Seketika kerumunan massa terbentuk, lalu meneriakkan slogan anti-Syiah yang menjadi mayoritas di Iran. Kelompok massa ini kemudian menghancurkan sejumlah toko, membakar sebuah sepeda motor, dan mulai menuju ke permukiman Syiah.
Beruntung niat untuk menyerbu permukiman Syiah bisa digagalkan polisi. Namun akibatnya, massa yang marah melakukan aksi penembakan membabi buta yang mengakibatkan korban tewas.
"Setidaknya satu orang tewas dan tiga orang lainnya terluka dalam insiden penembakan di dalam kota," kata Menteri Dalam Negeri Provinsi Baluchistan, Asad Gilani.
Gilani menambahkan, kerusuhan di dalam kota bisa dikendalikan setelah pasukan paramiliter dikerahkan ke sejumlah kawasan kunci. Namun, Gilani tidak mau menjelaskan soal tuduhan penghinaan Al Quran.
"Tak seorang pun melapor ke polisi untuk memasukkan pengaduan kasus penodaan agama," ujar Gilani.
Pada Juni tahun lalu, seorang pria tewas dan 19 orang lainnya terluka saat gerombolan massa menyerang sebuah kantor polisi untuk menuntut agar seorang pria yang dituduh menghina Al Quran diserahkan kepada warga.
Pakistan dengan mayoritas penduduknya yang memeluk Islam Sunni memiliki hukum antipenodaan agama yang sangat keras. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad atau Islam bisa berujung hukuman mati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.