Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sedang Membahayakan Hubungannya dengan Dunia Arab

Kompas.com - 09/12/2013, 15:09 WIB
MANAMA, KOMPAS.COM — Pendekatan "skizofrenia" Washington terhadap Timur Tengah dapat mengakibatkan banyak negara Arab memutuskan untuk menyesuaikan diri lebih dekat dengan Moskwa, kata penguasa Bahrain, Minggu (8/12/2013).

Sheikh Salman bin Hamad al-Khalifa, putra mahkota Bahrain, mengatakan, pemerintahan Presiden AS Barack Obama akan kehilangan pengaruh di wilayah itu jika AS bertahan dengan kebijakan luar negeri yang "bersifat sementara dan reaktif". Sudah ada peningkatan tajam ketegangan antara Washington dan sejumlah negara Arab setelah bulan lalu terjadi perjanjian sementara yang kontroversial dengan Iran terkait program nuklir negara itu.

Merujuk pada penanganan Obama terhadap krisis baru-baru ini soal senjata kimia Suriah, yang memungkinkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengambil inisiatif, Sheikh Salman mengatakan, beberapa negara sedang meninjau ulang hubungan mereka dengan Amerika Serikat. "Orang Rusia telah membuktikan mereka merupakan teman yang dapat diandalkan," kata Sheikh Salman. "Akibatnya, beberapa negara di wilayah ini sudah mulai melihat untuk mengembangkan hubungan yang lebih multilateral ketimbang hanya mengandalkan Washington. Amerika tampaknya menderita skizofrenia ketika berhubungan dengan dunia Arab."

Sheikh Salman, 44 tahun, yang menjabat wakil perdana menteri Bahrain, mengatakan, banyak negara Arab ragu apakah mereka bisa bergantung pada Barat dalam melindungi kepentingan mereka. "AS tidak bisa duduk di kejauhan lalu membuat penilaian yang meremehkan. Negara itu perlu teman-teman dan mitra untuk mencapai tujuannya," katanya.

Bahrain merupakan salah satu dari beberapa negara Teluk yang marah dengan keputusan pemerintahan Obama yang menyerukan penyingkiran diktator Mesir, Husni Mubarak, menyusul protes anti-pemerintah yang meluas tiga tahun lalu, padahal Mubarak telah menjadi sekutu Barat yang setia selama 30 tahun.

Sheikh Salman mengatakan, "Masalahnya adalah bahwa kebijakan di Amerika beroperasi dalam siklus pemilu dua tahunan, dan tidak ada perencanaan jangka panjang."

Bersama negara-negara Teluk lainnya, Bahrain juga menyatakan keprihatinan terkait perjanjian sementara baru-baru ini, yang dinegosiasikan di Geneva, antara Washington dan Teheran soal program nuklir Iran.

Inggris dan Amerika Serikat memanfaatkan konferensi keamanan regional Manama Dialog pada akhir pekan lalu, yang diselenggarakan Bahrain dan International Institute for Strategic Studies, untuk memberikan jaminan bahwa kesepakatan Geneva tidak akan memengaruhi dukungan mereka terhadap negara-negara Arab.

Sheikh Khalid bin Hamad al-Khalifa, Menteri Luar Negeri Bahrain, mengatakan, negara-negara Arab tidak memerlukan jaminan. Sebaliknya, dia mengatakan, negara-negara Barat "perlu mendengarkan kami, karena kami tahu Iran dengan baik".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com