Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstran Robohkan Patung Lenin di Kiev

Kompas.com - 09/12/2013, 11:16 WIB
Ratusan ribu orang turun ke jalan di ibu kota Ukraina, Kiev. Mereka menuntut mundurnya pemerintah karena menolak meneken kesepakatan dengan Uni Eropa.

Mereka menolak kesepakatan kepabeanan bersama Rusia, menumbangkan patung seorang pahlawan komunis, Lenin, dan menghancurkannya dengan palu.

Menurut saksi mata, patung tinggi besar itu dirobohkan peserta demonstrasi dengan menggunakan tali dan balok-balok metal.

Patung ini dianggap merupakan simbol dari pertalian sejarah antara Ukraina dan Rusia.

Mereka yang hanya menonton kejadian tersebut meneriakkan seruan "Hidup Ukraina!"

Presiden Ukraina Viktor Yanukovych mengatakan batal menandatangani perjanjian dengan UE karena ada keberatan dari Rusia.

Setelah kejadian penumbangan patung, seorang anggota parlemen dari kubu oposisi, Andriy Shevchenko, menulis kicauan, "Selamat tinggal, warisan Komunis!"

Seiris tipis

Pada Minggu (8/12/2013) petang, para pedemo membuat rintangan menuju gedung-gedung milik pemerintah dengan barikade mobil, manusia, dan tenda-tenda.

Para koordinator aksi protes memberi tempo 48 jam agar penguasa mundur dari posisinya dalam pemerintahan saat ini.

Namun, konflik tampaknya akan berlanjut. Perdana Menteri Mykola Azarov menyebut aksi perusakan patung sama dengan tindakan Taliban yang menghancurkan warisan budaya bersejarah berbentuk patung raksasa Buddha di Bamiyan, Afghanistan, tahun 2001.

Dalam laporan yang disiarkan kantor berita Ukraina-Interfax itu, PM Azarov mengatakan tindak pemrotes sama dengan aksi barbar. "Perang terhadap patung selalu berarti tindakan barbar," kata Azarov.

Wartawan BBC setempat, David Stern, menyatakan aksi penghancuran patung Lenin membuat situasi makin tegang di Kiev.

Pada hari yang sama, Badan Intelejen Ukraina mengatakan tengah menyelidiki sejumlah politisi dengan sangkaan "melakukan aksi dengan tujuan mengambil alih kekuasaan".

Tak disebutkan siapa politisi yang dimaksud.

Menlu Komisi Eropa Catherine Ashton akan melawat ke Ukraina pekan ini dalam upaya "mendukung upaya keluar dari krisis politik".

Dari dalam tahanannya, mantan pemimpin Ukraina, Yulia Tymoshenko, mendesak agar aksi protes diteruskan dengan "memburuki" presiden "sampai dia jatuh".

"Kita berjarak hanya seiris tipis dari dorongan final kembali ambruk dalam jurang diktator yang keji atau pulang ke pangkuan Komunitas Eropa," tulis Tymoshenko yang dibacakan oleh putrinya pada peserta aksi protes.

Tokoh oposisi lain, Oleh Tyahnybok, mengatakan, "Ini bukan sekadar revolusi. Ini revolusi harga diri."

Menurut pengamat, meski awalnya aksi protes didorong oleh ketidaksukaan terhadap kebijakan menyangkut sikap terhadap Uni Eropa, para peserta juga mengehendaki lengsernya Presiden Yanukovych karena melihat pemerintahannya korup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com