Seperti biasa informasi itu diperoleh dari pembocor data intelijen Edward Snowden dan dipublikasikan harian The Guardian Australia.
Data itu menyebut dinas rahasia Australia, DSD, mendiskusikan opsi untuk membagi informasi medis, hukum, dan keagamaan warga Australia. Dan rekan intelijen asing yang dimaksud berasal dari AS, Inggris, Kanada, dan Selandia Baru.
Harian itu melanjutkan rilis Edward Snowden bulan lalu yang menunjukkan DSD mencoba menyadap pembicaraan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, istrinya, dan sejumlah pejabat tinggi Indonesia.
Berdasarkan laporan itu, DSD mengatakan kepada rekan globalnya bahwa organisasi itu tak keberatan membagi data mentah yang belum diseleksi selama data-data itu tidak akan digunakan untuk mengincar seorang warga Australia.
"Data itu juga menyediakan konfirmasi lebih lanjut bahwa, hingga batasan tertentu, telah terjadi pengawasan metadata personal warga Australia," demikian The Guardian Australia.
Metadata merujuk pada informasi yang diberikan warga sebuah negara saat mereka menggunakan teknologi seperti telepon dan komputer.
Pengacara HAM ternama Australia, Geoffrey Robertson, seperti dikutip The Guardian, mengatakan, pengungkapan ini meningkatkan keprihatinan bahwa DSD beroperasi di luar mandat legalnya.