Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analis: Bencana Topan Haiyan Tak Pengaruhi Ekonomi Filipina

Kompas.com - 20/11/2013, 18:14 WIB
MANILA, KOMPAS.com - Hantaman super topan Haiyan di wilayah tengah Filipina memang berdampak sangat menghancurkan bagi manusia. Namun, sejumlah analis mengatakan dampaknya terhadap perekonomian Filipina tidak terlalu buruk.

Selama lima tahun terakhir perekonomian Filipina mengalami peningkatan pesat, bahkan dalam hingga paruh pertama 2013 pertumbuhan ekonomi Filipina sudah mencapai 7,6 persen. Sebuah hasil luar biasa untuk sebuah negara yang dulu dianggap tidak berprestasi.

Awal tahun ini, pemerintah Filipina mentargetkan produk domestik bruto (PDB) meningkat antara 6-7 persen sepanjang tahun. Kini pertanyaannya apakah target itu harus diubah setelah bencana topan Haiyan?

Filipina memang tak asing lagi dengan bencana angin topan. Namun, Haiyan seperti memiliki levelnya sendiri untuk urusan kehancuran. Lebih dari 4.000 orang tewas dan 4,4 juta orang kehilangan tempat tinggal, angka ini dua kali lipat lebih besar dari dampak tsunami 2004.

Berdasarkan data Organisasi Buruh Dunia (ILO), sebanyak lima juta orang, atau sama dengan pupulasi Norwegia, kehilangan mata pencahariannya baik sementara maupun permanen.

Lembaga spesialis peneliti risiko seperti AIR Worldwide memperkirakan kerugian ekonomi yang diderita Filipina mencapai antara 6,5 hingga 15 miliar dolar AS.

Meski sejumlah statistik menunjukkan kesuraman, namun secara umum perekonomian Filipina, menurut berbagai sumber, tidak terlalu terpengaruh bencana dahsyat itu.

Pasalnya, Haiyan menghantam sejumlah kawasan termiskin di Filipina sedangkan kawasan pusat manufaktur dan pertanian selamat dari kehancuran.

"Kawasan yang terdampak hanya memiliki proporsi GDP yang relatif kecil, sehingga dampaknya untuk GDP nasional nampaknya akan kecil dan bisa ditangani," demikian laporan Credit Suisse.

Laporan lembaga ini mengkritisi sebuah ramalan ekonomi yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Filipina 2013 akan terpangkas hingga satu persen akibat bencana ini.

"Ekspor komoditas pertanian akan terdampak, namun produk pertanian hanya memberi sumbangan kecil dari seluruh ekspor Filipina," tambah Credit Suisse.

Inflasi kemungkinan memang akan meningkat dipicu meningkatnya harga beras, namun kondisi itu tiak akan berlangsung lama, terutama jika persediaan benih padi untuk masa tanam Desember-Januari tidak terganggu.

Sementara itu, Bank Sentral Filipina mempertimbangkan sebuah kebijakan moneter jika inflasi berlangsung lama. Namun, memastikan target pertumbuhan ekonomi masih bisa dicapai.

"Target pertumbuhan GDP 2013 masih bisa tercapai, sementara itu upaya rehabilitasi bisa menggantikan produksi yang hilang," kata Gubernur Bank Sentral Filipina, Amando Tentangco kepada harian ekonomi The Wall Street Journal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com