Seusai pertemuan, Menlu Bishop hanya mengatakan, pihaknya memandang serius apa yang menjadi kekhawatiran Indonesia. Ia mengakui, isu spionase ini dibahas selama pembicaraan, dan Australia, kata Bishop, menanggapi hal ini secara serius.
Isu mata-mata bermula dari laporan media yang menyebutkan Australia menggunakan kantor kedubesnya di Jalan Rasuna Said Jakarta untuk melakukan penyadapan terhadap pejabat-pejabat Indonesia.
Laporan tersebut sejauh ini tidak dibantah atau dibenarkan oleh pihak Australia. Indonesia menyatakan protes keras, dan Dubes Australia Greg Moriarty sudah dipanggil menghadap ke Deplu dan bertemu Sekjen Deplu.
Menlu Marty Natalegawa bahkan menyatakan Indonesia akan mempertimbangkan kembali kerja sama penanganan penyelundupan manusia terutama dalam bidang sharing informasi mengenai kegiatan para penyelundup manusia perahu.
Isu manusia perahu yang mencari suaka ke Australia merupakan masalah serius yang senantiasa menjadi perdebatan politik pemerintah dan oposisi. Namun, kedua pihak di Australia itu sepakat bahwa tanpa kerja sama Indonesia, maka Australia tidak akan bisa mengatasi kedatangan arus perahu pencari suaka yang umumnya menggunakan pantai-pantai di Indonesia sebagai titik berangkat.
Menlu Bishop berada di Denpasar menghadiri Bali Democracy Forum, yang dimaksudkan untuk memajukan demokrasi di kawasan. Menurut Bishop, Australia tidak akan mengorbankan hubungan baiknya dengan Indonesia, tetapi ia tidak memastikan apakah hal itu berarti akan diakhirinya kegiatan spionase.
Sementara itu, sumber ABC menyebutkan, Menteri Pertahanan Australia David Johnston bertemu dengan Menhan Purnomo Yusgiantoro juga terkait isu spionase ini.
Kunjungan Menhan Johnston ini tadinya dimaksudkan dilakukan diam-diam, tetapi media di Indonesia telah memberitakannya dan mengutip Menhan Purnomo yang menyatakan akan meminta penjelasan atas isu spionase.