"Berdasarkan putusan yang diterbitkan dewan pengawas pers, harian Bahar dilarang terbit dan kasusnya diteruskan ke pengadilan," demikian kantor berita Mehr, mengutip ketua dewan pengawas pers, Alaedin Zohourian.
Sebenarnya, Bahar sudah menerbitkan permintaan maaf dan mengatakan artikel yang terbit pekan lalu itu adalah sebuah kesalahan yang tak disengaja. Manajemen Bahar bahkan sudah "meliburkan diri" pada Sabtu (26/10/2013) untuk mengurangi ketegangan.
"Artikel yang menyakiti umat Syiah terbit karena sebuah kesalahan teknis. Tim editor telah meminta maaf beberapa kali dan mengkritik artikel itu sebagai bukti bahwa berita itu tidak sesuai dengan kebijakan redaksi Bahar," demikian pernyataan manajemen koran itu.
Presiden Iran yang baru, Hassan Rohani, dalam masa kampanyenya bertekad untuk mewujudkan kebebasan sosial di negeri itu. Sayangnya, pada masa pemerintahan Rohani yang baru seumur jagung, sejumlah wartawan reformis dan aktivis politik justru ditahan.
Sebelumnya, pada masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad, tepatnya pada Mei 2010, harian Bahar juga pernah diberedel karena dianggap menerbitkan berita bohong. Padahal, kala itu, harian tersebut baru saja dua bulan beroperasi kembali setelah ditutup pada 2003.
Bahar diperintahkan tutup karena menerbitkan bahan bohong, menyebarkan keraguan mengenai permasalahan utama, seperti pemilihan umum, dan mempertanyakan keputusan para pejabat pemerintah.