Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencari Suaka di Darwin Pilih Ditahan daripada Dipulangkan

Kompas.com - 25/10/2013, 10:46 WIB
Para pencari suaka yang saat ini berada di pusat detensi di Darwin, Australia, menyatakan lebih memilih ditahan selamanya daripada dipulangkan ke negara asal dengan kemungkinan menghadapi tuntutan bahkan hukuman mati.

Demikian dikatakan para pencari suaka itu kepada ABC. Sebelumnya petugas imigrasi Australia memberi tahu sekitar 2.000 pencari suaka yang ada di Christmas Island, mereka hanya punya dua pilihan: ditahan selamanya atau dipulangkan ke negara asal.

Menanggapi kebijakan seperti itu, sebagian dari ribuan pencari suaka yang ditahan di empat pusat detensi terpisah di Darwin menyatakan lebih baik ditahan di Australia selamanya daripada harus kembali ke negara asal mereka.

Kebijakan yang memberi dua pilihan seperti ini, bagi kelompok pembela hak-hak pencari suaka, merupakan tindakan yang tidak sepantasnya. "Kami melihat pergeseran dari adanya kepastian proses klaim suaka ke situasi ketidakpastian yang dialami pencari suaka," kata Peter Robson dari kelompok pendukung pencari suaka Darwin, DASSAN.

Kelompok ini secara reguler melakukan aksi demo setiap Kamis sore di luar pusat detensi di area Bandara Darwin. Para aktivis ini biasanya berbincang dengan para pencari suaka yang berada di balik pagar detensi tersebut.

Kamis (24/10/2013) malam, kerumunan pencari suaka datang ke balik pagar dan berbicara dengan ABC. "Saya tidak punya rumah. Di mana saya harus tinggal," kata salah seorang pencari suaka.

Pencari suaka lainnya menjelaskan ia dibawa ke Darwin untuk diobati dan ingin kembali ke Christmas Island karena keluarganya ada di sana.

Pencari suaka yang ditahan di Darwin umumnya berasal dari Afganistan, Vietnam, Lebanon, Iran, dan Irak.

Di luar yang ditahan di pusat detensi, saat ini sekitar 21 ribu orang sedang menunggu keputusan atas permintaan suaka mereka di Australia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com