Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Al Qaeda Incar Sisa Persenjataan Rezim Khadaffy

Kompas.com - 22/10/2013, 22:16 WIB
TRIPOLI, KOMPAS.com - Bukan hanya sebuah negara yang tak stabil dan berada di tepian perang saudara yang menjadi peninggalan mendiang pemimpin Libya, Moammar Khadaffy.

Peninggalan Khadaffy lainnya adalah sebuah gudang di gurun pasir di wilayah selatan Libya yang penuh dengan peralatan tempur. Demikian harian The Times melaporkan, Selasa (22/10/2013).

Persenjataan yang ada di dalam gudang itu konon terdiri atas 4.000 rudal darat ke udara, yang mampu menjatuhkan sebuah pesawat jet komersial, dan ribuan barel uranium "yellowcake".

"Yellowcake" adalah konsentrat bubuk uranium yang merupakan langkah lanjutan dalam memproses biji uranium. Menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Libya memiliki 6.400 barel "yellowcake".

Bharuddin Midhoun Arifi, mantan penyelundup manusia yang kini menjadi komandan 2.000 pejuang di kota Sabha, adalah salah seorang "pewaris" cadangan persenjataan Khadaffy ini.

"Saya terkadang khawatir Al Qaeda akan membunuh saya. Di waktu lain, saya khawatir AS, Perancis atau Inggris akan menembakkan rudal dari lautan dan menghancurkan semua yang saya kuasai," kata Arifi seperti dikutip The Times.

Arifi mengklaim Al Qaeda menawarinya uang sebesar 1 juta dolar AS untuk mendapatkan sejumlah persenjataan itu.

"Tawaran itu saya tolak. Saya katakan kepada mereka...senjata-senjata ini milik pemerintah saya," ujar Arifi.

Jajaran peluru mortir dan roket berjajar  dalam rak-rak yang tersusun rapi. Tersiar kabar sejumlah senjata ini sudah dikirim ke Suriah bersama ratusan warga Libya yang bergaung dengan pasukan pemberontak yang melawan Presiden Bashar al-Assad.

Sejauh ini tidak ada tindakan apapun untuk menyingkirkan persediaan uranium, yang dengan proses intensif bisa menjadi sebuah senjata, meski misi PBB di Libya sudah menyarankan akar ribuan barel uranium itu dipindahkan.

Menteri Luar Negeri Libya Mohammad Abdul Aziz juga menyerukan hal yang sama namun hingga kini pemindahan  uranium itu tidak kunjung terlaksana.

Hal yang paling mengkhawatirkan para pejabat Barat adalah jika rudal-rudah darat ke udara jatuh ke tangan Al Qaeda, yang kini menikmati kebebasan setelah tumbangnya Khadafy.

"Al Qaeda sangat takut kepada Khadaffy," kata Kolonel Faraj Adem, seorang perwira senior AD Libya.

"Di masa Khadaffy mereka tak berani melintasi perbatasan Libya. Namun kini Khadaffy sudah tiada, dan kini Al Qaeda bisa melintasi perbatasan kami dengan leluasa," tambah Adem.

Al Qaeda, lanjut Adem, memilih kawasan selatan Libya untuk membangun kembali persediaan senjata mereka dan kembali memperkuat diri.

"Tak ada kontrol terhadap persediaan senjata di sini. Anda ingin membeli rudal? Itu sangat mudah," Adem menegaskan.

Persediaan "jumbo" persenjataan itu terdapat di sebuah kompleks pergudangan yang tak dijaga. Pos-pos pemeriksaan antara Sabha dan kota-kota di wilayah utara Libya sangat jarang dan dijaga oleh sekelompok pemuda yang tak terlatih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com