Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadiah Sakharov untuk Aung San Suu Kyi Akhirnya Diserahkan

Kompas.com - 22/10/2013, 20:15 WIB
STRASBOURG, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi, Selasa (22/10/2013), akhirnya mendapatkan penghargaan Shakarov dari Uni Eropa yang diterimanya pada 1990 di kala kebrutalan rezim militer Myanmar mencapai puncaknya.

Anggota Parlemen Eropa memberikan sambutan hangat kepada Suu Kyi saat dia menerima penghargaan atas perjuangannya itu dari presiden parlemen Eropa, Martin Schulz.

"Anda menunjukkan bahwa orang yang berjuang untuk demokrasi akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya," kata Schulz.

"Saya ucapkan selamat kepada Anda. Anda adalah simbol kebebasan dan demokrasi," tambah Schulz.

Dengan mengenakan pakaian tradisional Myanmar berwarna kuning terang dan hijau tua, dengan anggun Suu Kyi mengatakan perjuangannya belum berakhir karena masih banyak pekerjaan untuk membawa demokrasi ke Myanmar.

"Di mana kami sekarang? Kami sudah membuat kemajuan sejak 1990 namun kami belum mencapai perubahan berarti," kata Suu Kyi.

"Rakyat kami baru mulai belajar bahwa mereka bisa bertanya," kata Suu Kyi sambil menegaskan konsitusi buatan militer saat ini harus diganti.

Suu Kyi (68), menghabiskan 15 tahun hidupnya dalam status tahanan rumah sebelum dibebaskan setelah pemilihan umum 2010 yang menghasilkan pemerintahan sipil yang didukung militer.

Presiden Myanmar Thein Sein, yang berkuasa sejak Maret 2010, mendapatkan pengakuan internasional atas upayanya mereformasi Myanmar termasuk membebaskan tahanan politik.

Meski demikian militer dan sekutunya masih mengontrol parlemen, ditambah kekeraan sektarian dan penangkapan aktivis membuat optimisme terkait reformasi sedikit meredup.

Konstitusi Myanmar saat ini -yang disusun junta militer- menghalangi Suu Kyi untuk maju dalam pemilihan presiden 2015. Sebab, konstitusi melarang warga Myanmar yang memiliki pasangan atau anak dengan status warga negara asing mencalonkan diri sebagai presiden.

Dua putra Suu Kyi hasil pernikahannya dengan cendekiawan Inggris, Michael Aris, semuanya memilih menjadi warga negara Inggris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com