Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Perancis Dikecam karena Deportasi Siswi Roma

Kompas.com - 21/10/2013, 10:46 WIB
PARIS, KOMPAS.COM — Seorang siswi Roma (kaum gipsi dari Eropa Timur) yang pendeportasiannya dari Perancis telah memicu protes mahasiswa akan diizinkan untuk kembali, tetapi tanpa keluarganya, kata Presiden Perancis, Francois Hollande.

Deportasi terhadap siswi bernama Leonarda Dibrani itu telah memicu protes, membuat para siswa sekolah yang marah turun ke jalan-jalan.

Sebagian besar kemarahan terkait pendeportasian gadis 15 tahun itu terpusat pada bagaimana dia dipaksa keluar dari sebuah bus yang penuh teman sekelasnya saat tamasya sekolah pada awal bulan ini, sebelum dia dideportasi bersama keluarganya ke Kosovo.

"Jika dia membuat permintaan, dan jika dia ingin melanjutkan studinya, dia akan disambut, tetapi hanya dia,'' kata Hollande di televisi, dalam komentar pertamanya terkait masalah itu.

Namun, tawaran Hollande itu langsung memicu serangan balik terhadapnya dari berbagai sisi. Presiden Perancis itu dituduh menyalahgunakan posisinya dan bertindak emosional. Situs web surat kabar sayap kiri Liberation menggambarkan langkah itu sebagai "yang paling mustahil dari semua skenario", sementara mingguan Journal du Dimanche menyebutnya "sebagai aneh dan tidak bisa dipahami". Politikus Francois Bayrou, yang mendukung Hollande dalam putaran kedua pemilihan presiden pada tahun 2012, mengatakan, seorang kepala negara tidak boleh emosional.

Sebuah penyelidikan terkait deportasi itu yang diterbitkan Sabtu lalu menemukan bahwa hal itu sah tetapi polisi bisa menggunakan langkah yang lebih baik dalam cara mereka menanganinya.

Leonarda telah menolak tawaran Hollande itu saat dia berbicara dari kota Mitrovica di Kosovo, di mana ia tinggal bersama keluarganya sejak dideportasi pada 9 Oktober dari kota Levier di Perancis timur. "Saya tidak akan pergi ke Perancis sendirian," katanya. "Saya tidak akan meninggalkan keluarga saya. Saya bukan satu-satunya yang harus pergi ke sekolah. Saudara-saudara saya sekolah."

Ayahnya, Resat (47 tahun), mengatakan, keluarganya tidak akan terpisah-pisah dan akan kembali ke Perancis dengan cara apa pun. "Anak-anak saya disatukan di Perancis. Kami terus berjuang, karena anak-anak saya menjadi orang asing di sini (Kosovo)," katanya.

Leonarda, orangtuanya, dan lima saudara serta saudari tinggal di Perancis selama empat tahun, selagi permintaan suaka mereka diproses. Namun, permintaan itu ditolak pada musim panas lalu.

Kontroversi itu memicu protes bulan lalu, ketika  Menteri Dalam Negeri Perancis Manuel Valls mengatakan sebanyak 20.000 orang Roma di Perancis tidak punya niat untuk mengintegrasikan diri dan harus dikirim kembali ke negara asal mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com