Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status ”Default” Amerika Serikat Katastrofik

Kompas.com - 08/10/2013, 07:19 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.COM - Penghentian parsial kegiatan Pemerintah Amerika Serikat belum diselesaikan. Hal ini sekaligus membuat tidak jelas kapan pagu utang dinaikkan. Sikap adu kuat antara Presiden Barack Obama dan Republiken kini beralih ke kekhawatiran pasar pada potensi status ”default” (gagal) bayar utang negara AS kepada para kreditornya. Jika ini terjadi, akan muncul katastrofa dunia keuangan global.

Semua pihak sudah mengingatkan, termasuk Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengingatkan dampak besar jika AS mengalami gagal bayar.

Menurut Menteri Keuangan AS Jack Lew, kas negara Pemerintah AS tinggal 50 miliar dollar AS. Ini hanya cukup untuk membiayai aktivitas negara selama tiga hari. Diperlukan dana lebih dari 700 miliar dollar AS untuk membiayai program pemerintahan AS untuk setahun ke depan setelah 17 Oktober 2013.

Karena itu, Lew menegaskan batas akhir kepastian soal kenaikan pagu utang adalah 17 Oktober 2013. Jika itu tidak dilakukan, AS tidak akan bisa melanjutkan pembayaran cicilan dan bunga utang yang sudah sebesar 16,7 triliun dollar AS. Pemerintah AS memerlukan mandat dari DPR (dikuasai Republiken) untuk penerbitan surat utang baru. Jika mandat ini lolos dari DPR maka akan dilanjutkan dengan persetujuan Senat AS (dikuasai Demokrat).

Sampai Senin DPR AS belum mengajukan rancangan undang-undang tentang persetujuan kenaikan pagu utang. AS adalah negara anti-pajak akibat penekanan Republiken sehingga pembiayaan keuangan negara harus didukung dari utang baru.

Ketua DPR AS John Boehner kembali menekankan kenaikan pagu utang harus disertai negosiasi. Intinya, Boehner tetap menghendaki pembatalan Obamacare.

Bermain api

Presiden Obama mengatakan, kubu Republiken kini sedang bermain api. Dia mengingatkan ulah Republiken bisa membakar dengan dampak luar biasa pada perekonomian.

”Ini telah membuat pasar menggerutu,” kata Stan Shamu, ahli pasar dari IG investors, tentang kemelut di AS.

Ketua Senat AS Harry Reid membalas Boehner. ”Lakukan saja tugasmu, jangan menuntut macam-macam.”

Jajak pendapat Washington Post-ABC News memperlihatkan 41 persen responden menyetujui sikap Obama terkait kemelut politik anggaran. Responden memberi persetujuan 34 persen kepada Demokrat dan persetujuan lebih rendah tertuju kepada Republiken, yakni 26 persen, tentang penanganan krisis anggaran.

Situs Bloomberg edisi Oktober mengatakan status ”default” AS akan menghentikan pergerakan dana 5 triliun dollar AS terkait peredaran obligasi Pemerintah AS di pasar global. Ini akan menyebabkan bencana ekonomi bagi AS dan dunia setara dengan krisis yang melebihi kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008.

Utang Pemerintah AS, tak termasuk swasta AS, mencapai 12 triliun dollar AS. Aset Lehman Brothers hanya 517 miliar dollar AS sebelum bangkrut, tetapi telah menggoyang perekonomian dunia.

Sementara itu, dalam sesi diskusi ”What’s Next” di arena KTT Ke-21 APEC di Nusa Dua, Bali, Senin, Klaus Schmidt-Hebbel, ekonom kepala Bank Sentral Cile, menyatakan, kehancuran ekonomi AS sangat jelas di depan mata. Schmidt-Hebbel memberi contoh, besaran utang negara AS akan mencapai 1.300 persen di masa datang. ”Akan terjadi penyesuaian paksa soal anggaran,” kata Schmidt-Hebbel. Ini artinya akan ada pengetatan ikat pinggang luar biasa yang berdampak pada kesengsaraan.

Profesor Jeffrey Sachs dari Columbia University, New York, juga menegaskan, negaranya tidak memiliki cara dan solusi untuk mengatasi berbagai prahara yang menghadang. (AFP/AP/REUTERS/MON/LAS/MAS/JOE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com