Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih China untuk Bangun Sistem Rudal, Turki Kecewakan AS

Kompas.com - 29/09/2013, 10:04 WIB
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat, Sabtu (28/9/2013), menyatakan keprihatinannya terkait keputusan Turki untuk memproduksi rudal jarak jauh dan sistem pertahanan udara dengan sebuah perusahaan China yang mendapatkan sanksi AS.

Sebelumnya, Turki mengumumkan memilih sistem pertahanan rudal FD-2000 dari perusahaan ekspor impor mesin presisi China (CPMIEC).
Padahal, CPMIEC mendapatkan sanksi AS karena menjual senjata ke Iran, Korea Utara, dan Suriah.

"Kami sangat prihatin terkait keputusan Turki melakukan diskusi kontrak dengan sebuah perusahaan yang berada di bawah sanksi AS, terkait sistem pertahanan udara yang tidak bisa dioperasikan bersama dalam siste NATO atau dalam sistem pertahanan bersama," demikian Kementerian Luar Negeri AS.

Sejumlah pengamat masalah pertahanan mengungkapkan keterkejutannya setelah mengetahui keputusan Turki itu. Sebab, biasanya untuk hal seperti ini Turki akan mendekati Raytheon Co -perusahaan AS yang membangun rudal Partriot- atau perusahaan Perancis-Italia Eurosam SAMP/T.

AS, Jerman, dan Belanda saat ini mengirimkan sistem pertahanan rudak Patriot mereka dan sebanyak 400 personel militer untuk mengoperasikannya di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah.

Pengerahan sistem pertahanan Partiot itu digelar atas permintaan Turki kepada NATO untuk memperkuat pertahanan udara mereka terhadap kemungkinan serangan rudal dari Suriah.

Selama ini Turki adalah salah satu sekutu terdekat AS di Timur Tengah, selama perang dingin negara ini menjadi sangat penting karena berbatasan dengan Uni Soviet.

Militer AS sangat berpengaruh terhadap militer Turki yang memiliki kendali kuat dalam politik negeri tersebut.

Namun, sejak pemerintahan PM Recep Tayyip Erdogan yang berkuasa sejak 2002, peran militer Turki dalam politik sangat berkurang.

Hubungan militer dan politik antara Ankara dan Washington masih dekat. Namun, militer memainkan peran yang semakin sedikit yang bisa diperlihatkan dalam pembuatan kebijakan Turki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com