Sebagian besar gadis yang hilang itu melakukan kawin lari dengan kekasih mereka, dan polisi berhasil melacak 85 persen para gadis yang kabur ini lalu membawa mereka pulang.
Kepala Kejahatan Moral Departemen Investigasi Kriminal Provinsi Ibb, Kolonel Ahmad Daham, mengatakan, jumlah gadis yang menghilang sudah mencapai skala "mengkhawatirkan".
Penyebab masalah ini, lanjut Daham, bisa berbagai macam hal termasuk persengketaan keluarga dan media sosial.
"Usia gadis-gadis yang hilang berkisar antara 13-22 tahun," kata Daham tanpa memberikan rincian.
"Satu kasus yang kami tangani adalah seorang gadis yang kabur setelah dinikahkan dengan sepupunya yang tidak dia cintai," ujar Daham.
Setelah pernikahan itu, sang gadis melarikan diri bersama kekasihnya ke Provinsi Sa'ada. Namun, gadis itu tak dapat menikahi kekasihnya jika sang suami tak menceraikannya.
"Kami berhasil menemukan gadis itu di Sa'ada dan kami berusaha untuk membawanya pulang," lanjut Daham.
Daham mengakui, jumlah gadis yang hilang atau kabur kemungkinan lebih besar karena tak semua keluarga melaporkan kehilangan anak gadisnya kepada polisi.
"Beberapa keluarga menganggap melaporkan anak gadisnya yang kabur akan membawa aib bagi keluarga. Sehingga mereka memilih diam saat anak gadis mereka kabur tanpa alasan," tambah Damam.
Sementara itu, Direktur Departemen Investigasi Kriminal Provinsi Ibb Kolonel Anwar Hatem mengatakan, tak semua kasus gadis hilang adalah kawin lari atau kabur bersama kekasihnya.
"Beberapa dari mereka diculik sekelompok penjahat yang menginginkan uang tebusan," ujar Hatem.
Di Yaman, seorang gadis yang kabur bersama seorang pria yang bukan keluarga bisa berujung kematian bagi si gadis. Media lokal Yaman kerap memberitakan gadis muda yang tewas dibunuh keluarga sendiri akibat kabur dengan seorang pria.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.