Dalam wawancaranya dengan Straits Times, Lee yang masih segar bugar menyampaikan bahwa dia beruntung bisa menyentuh angka 90 dalam hidupnya. Ditanya apa yang menjadi pencapaian terbaiknya sepanjang hidupnya yang penuh warna, Lee dengan bangga menjawab, "Kemajuan Singapura, transformasi negeri kota ini menjadi salah satu negara termaju di dunia."
Putranya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, menyebutkan, ayahandanya telah membubuhkan tinta emas dalam sejarah Singapura. "Membangun negara dengan luas hanya sebesar 710 km persegi ini menjadi kekuatan yang diperhitungkan dunia, tidak ada yang percaya ayah saya akan dapat mewujudkan mimpi itu," kata Lee mengingat tahun 60-an ketika Singapura baru merdeka.
Lee menambahkan hal paling penting yang bisa dipelajari dari hidup ayahnya adalah sebagai seorang pemimpin orang harus tahu apa yang ingin diimplementasikan. "Pemimpin tidak dapat hanya selalu mengikuti kemauan seluruh lapisan masyarakat, leader yang bijak tahu apa yang terbaik dan bagaimana dia meyakinkan masyarakat untuk mengikutinya."
Mahasiswa Indonesia dari National University of Singapore (NUS), Aditya Candrasaputra, ketika diminta komentarnya oleh Kompas.com menuturkan hal yang bisa dipelajari Indonesia dari sosok Lee adalah kesuksesan sistem meritokrasi yang ditetapkannya. "Sistem ini bagus diterapkan untuk negara majemuk, saya yakin talenta terbaik akan lahir di Indonesia jika kita sungguh-sungguh menerapkannya," kata Aditya.
Presiden National University of Singapore Student Union (NUSSU), Soh Yi Da, menambahkan, banyak generasi muda Singapura sekarang yang lupa akan perjuangan Lee membangun Singapura. "Saya tidak selalu setuju dengan semua pendapat beliau, tetapi saya tidak akan pernah kehilangan respek terhadap apa yang telah dilakukannya untuk Singapura."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.