Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persetujuan Panel Senat, Langkah Pertama Militer AS Menuju Suriah

Kompas.com - 05/09/2013, 04:32 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com — Persetujuan panel senat Amerika yang membidangi hubungan luar negeri, Rabu (4/9/2013), memberikan otoritas kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk mengerahkan pasukan tempur ke Suriah secara terbatas, maksimal selama 90 hari. Namun, persetujuan ini masih harus mendapatkan dulu dukungan serupa dari sidang penuh senat dan parlemen (House of Representative) serta Kongres.

Persetujuan dari panel senat ini merupakan langkah pertama dari serial mendapatkan resolusi penuh Kongres untuk mendukung aksi militer ke Suriah yang diajukan pemerintahan Obama. Senat dan parlemen adalah dua kamar di Kongres Amerika, di negara dengan sistem parlemen "dua kamar" tersebut. Pemungutan suara final Kongres diharapkan dapat dilakukan pekan depan.

Penasihat utama Obama, Rabu, kembali melakukan pendekatan ke kantor Partai Republik, dalam upaya mendapatkan dukungan dari DPR. Persetujuan panel senat didapat dengan 10-7 mendukung resolusi dan 1 suara menyatakan "hadir". Keputusan panel senat ini adalah dukungan pertama untuk Amerika kembali terlibat perang setelah dukungan serupa diberikan kepada Presiden George W Bush untuk menginvansi Irak pada Oktober 2002.
            
Sementara itu, Obama yang sedang berkunjung ke Swedia sebelum menghadiri pertemuan puncak G-20 di Rusia pada akhir pekan ini, menyatakan kredibilitas masyarakat internasional dipertaruhkan dalam perdebatan mengenai respons militer terhadap penggunaan senjata kimia oleh rezim Bashar al Assad di Suriah.

Langkah pertama menuju Suriah

Sebelumnya, Pemerintahan Obama mengatakan, penggunaan gas sarin oleh rezim Assad di Damaskus pada Rabu (21/8/2013) telah menewaskan setidaknya 1.429 orang dengan 426 di antaranya adalah anak-anak.
           
Obama pun menyatakan bahwa "garis merah" yang dilanggar Suriah dengan penggunaan senjata kimia merujuk pada perjanjian penghapusan senjata kimia yang telah diratifikasi oleh negara-negara di seluruh dunia. "(Garis merah) itu bukan saya yang membuat," tegas dia.

Pemungutan suara panel senat sempat tertunda karena senator Partai Republik John McCain mengatakan, dia tak mendukung pengerahan pasukan tempur. Dia menyatakan lebih condong pada penggunaan rudal jarak jauh dan tindakan terbatas lainnya sebagai "hukuman" untuk rezim Assad. Namun, pada akhirnya McCain menjadi salah satu senator dari Partai Republik yang menyatakan mendukung resolusi, bersama 2 senator lain Partai Demokrat.

Setelah mengantongi persetujuan panel senat yang diperkirakan akan melempengkan jalan mendapatkan dukungan dari sidang penuh senat, pemerintahan Obama masih perlu "bekerja keras" membujuk parlemen (House of Representative) untuk mendapatkan dukungan yang sama. Dukungan dua "kamar" di sistem perwakilan Amerika ini merupakan prasyarat sebelum pemungutan suara di Kongres.

Namun, Obama sudah mendapatkan dukungan dari Ketua DPR John Boehner, sebagai "kartu as" dukungan dari Partai Republik yang menguasai parlemen. Dalam pernyataan dukungannya, Boehner mengatakan, "Musuh di seluruh dunia perlu memahami bahwa kita tidak akan menoleransi perilaku (semacam penggunaan senjata kimia itu)."

Pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan DPR, antara lain ditempuh dengan menggelar dengar pendapat publik oleh tiga pejabat utama Gedung Putih, Rabu. Mereka adalah Menteri Luar Negeri John Kerry, Menteri Pertahanan Chuck Hagel, dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Martin Dempsey.

Menyusul gagalnya Pemerintah Inggris mendapatkan dukungan dari parlemennya, Kamis (29/8/2013), Obama secara mendadak pada Sabtu (31/9/2013) menyatakan akan menunda keputusan menggelar aksi militer ke Suriah. Dia menyatakan akan terlebih dahulu meminta dukungan dari Kongres sebelum mengambil langkah tersebut.

Garis merah

Ketika didesak apakah Obama akan tetap melakukan aksi militer ke Suriah seandainya resolusi yang dia ajukan ditolak oleh panel senat, Obama menjawab diplomatis. "Saya selalu mempertahankan hak dan tanggung jawab atas nama keamanan nasional Amerika," ujar dia.

Bila Pemerintah Amerika menyatakan korban tewas setidaknya mencapai 1.429 orang, Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia dari Inggris yang berkedudukan di Suriah mengatakan data dari jejaring aktivis anti-pemerintah mendapatkan angka korban tewas adalah 502 orang. Sementara Pemerintahan Assad tegas membantah berada di balik serangan menggunakan senjata kimia di wilayah basis kubu oposisi Suriah tersebut. Rezim Assad balik menuding kubu oposisi mendalangi serangan itu.

Tim pemantau PBB yang dikirim ke Suriah terkait dugaan penggunaan senjata kimia, Rabu, mempercepat analisis terhadap sampel jaringan dan tanah yang telah dikumpulkan di Suriah pada pekan lalu. Dalam dua sampai tiga pekan mendatang hasil analisis ini diharapkan sudah dapat diumumkan.

Selama dengar pendapat publik dengan tiga pejabat Gedung Putih, para pengunjuk rasa anti-perang mengikuti kegiatan itu dengan posisi duduk dan mengangkat tangan mereka yang dicat merah. Sementara para pendukung rencana militer Obama pun meminta pemerintahnya membuat pemaparan yang lebih rinci untuk "menjual" rencananya ke publik Amerika yang skeptis setelah perang terakhir mereka di Irak dan Afganistan, satu dekade lalu.

Dari luar negeri, hanya Perancis yang tetap bersikukuh mendukung aksi militer bersama Amerika Serikat ke Suriah. Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan bahwa setiap serangan militer sebagai "hukuman" ke rezim Assad adalah ilegal tanpa ada persetujuan dari Dewan Keamanan PBB. Namun, mekanisme di Dewan Keamanan PBB dipastikan bakal dijegal Rusia yang adalah sekutu utama Suriah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com