Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seamus Heaney, Penyair "Perdamaian" Irlandia Utara Itu Berpulang...

Kompas.com - 31/08/2013, 11:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber Reuters,AP
DUBLIN, KOMPAS.com — Seamus Heaney, salah satu penyair terkenal dunia dan juga penerima Nobel Sastra 1995, meninggal, Jumat (30/8/2013). Dia meninggal pada usia 74 tahun setelah mengalami sakit dalam waktu singkat, berdasarkan keterangan keluarga.

Puisi-puisi Irlandia Utara yang ditulis Heaney membangkitkan dunia kanak-kanaknya, dengan penggambaran soal penggali kentang dan pemotong gambut rawa. Namun, puisinya juga menyuarakan perpecahan yang membelah Irlandia.

Heaney mendapat pengakuan global sebagai penyair terbesar Irlandia setelah William Butler Yeats. Melalui puisinya, selama setengah abad dia berusaha bertutur tentang bau asam dan keindahan lanskap tandus Irlandia, kehilangan yang menghantui bersama kenangannya, dan jiwanya yang tersiksa sebagai warga Irlandia Utara.

Menjadi tokoh terkemuka aliran klasik, Heaney menerjemahkan dan menginterpretasikan karya kuno era Athena dan Roma bagi mata dan telinga modern. Namun, menjadi tokoh terkemuka tak membuatnya berhenti menyediakan waktu untuk memberi saran dan perhatian pada penulis lain ataupun fans.

"Dia adalah penyair alam yang indah, penyair cinta, dan penyair perang. Dia juga jelas menyampaikan kegelapan, sesuatu yang kita sebut sebagai 'masalah'," kata Michael Longley, seorang penyair Belfast dan orang kepercayaan Heaney. Dia mengatakan pada awal Agustus ini masih sempat mengobrol gembira dengan Heaney berteman bir dan wiski, di sebuah festival sastra di Irlandia Barat.

Salah satu kutipan paling terkenal Heaney berasal dari kisah "The Cure at Troy", sebuah adaptasi drama Yunani karya Sophocles dengan latar perang Troya. Dalam versi yang ditulis Heaney pada 1991, Irlandia Utara tetap menjadi latar puisinya. Puisi ini kerap dikutip para pemimpin dunia untuk menyuarakan perdamaian.

Berikut petikan puisi itu:

"Human beings suffer,
They torture one another,
They get hurt and get hard.
No poem or play or song
Can fully right a wrong
Inflicted and endured.

The innocent in gaols
Beat on their bars together.
A hunger-striker’s father
Stands in the graveyard dumb.
The police widow in veils
Faints at the funeral home.

History says, don’t hope
On this side of the grave.
But then, once in a lifetime
The longed-for tidal wave
Of justice can rise up,
And hope and history rhyme.

So hope for a great sea-change
On the far side of revenge.
Believe that further shore
Is reachable from here.
Believe in miracle
And cures and healing wells.

Call miracle self-healing:
The utter, self-revealing
Double-take of feeling.
If there’s fire on the mountain
Or lightning and storm
And a god speaks from the sky

That means someone is hearing
The outcry and the birth-cry
Of new life at its term."

(Reuters/AP/berbagai sumber)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters,AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com