Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Iran, dari Hijau ke Ungu

Kompas.com - 06/08/2013, 13:36 WIB

Oleh Trias Kuncahyo

KOMPAS/JITET Hassan Rouhani


Hijau. Itulah warna kampanye pemilu yang digunakan oleh Mir-Hossein Mousavi, Perdana Menteri Iran (1981-1989), dalam pemilu presiden tahun 2009. Warna hijau adalah warna yang sudah demikian meresap dalam diri rakyat Iran. Mousavi adalah seorang politisi reformis, seniman—menjadi presiden Akademi Seni Iran—dan sekaligus arsitek.

Namun, langkahnya untuk memperbarui Iran kandas setelah dalam pemilu tahun 2009 ia dikalahkan kandidat petahana, Mahmoud Ahmadinejad. Kemenangan Ahmadinejad itu disambut dengan demonstrasi besar-besaran sebab kemenangannya ditengari penuh kecurangan dan manipulasi.

Gerakan pendukung Mousavi menjelma menjadi gerakan melawan Pemimpin Tertinggi dan Pemerintahan, Ayatollah Ali Khamenei. Gerakan pembaruan pendukung Mousavi tetap tak berdaya, bahkan Mousavi, istrinya, dan sesama reformis, Mehdi Karroubi, dikenai tahanan rumah.

Cita-cita pembaruan Mousavi itu dihidupkan oleh Hassan Rouhani—ulama kelahiran 12 November 1948 yang juga dikenal sebagai ahli hukum, akademisi, dan diplomat—ketika Mei lalu mencalonkan diri sebagai kandidat presiden. Semangat reformasi Rouhani ini mendapat sambutan rakyat, terutama kalangan kelas menengah dan kaum muda, bahkan yang tinggal di kota-kota suci seperti Qom. Buktinya dalam pemilu Juni lalu, Rouhani dinyatakan sebagai pemenang.

Tanggal 15 Juni 2013, Menteri Dalam Negeri Mostafa Mohammad Najjar mengumumkan, Rouhani merebut 18.613.329 suara dari 36.704.156 suara yang dihitung. Ia mengalahkan saingan kuatnya, Mohammad Bagher Ghalibaf, yang mendapat dukungan 6.077.292 suara.

Sejak saat itu, Iran yang dikenal sebagai negerinya para mullah dikuasai ”kaum ungu”. Ungu adalah warna kampanye pemilu Rouhani. Kemenangan Rouhani diartikan sebagai kemenangan kaum reformis moderat Iran, kelompok yang pernah muncul saat Ali Akbar Hashemi Rafsanjani menjadi presiden (1989-1997), seorang tokoh tengah dan konservatif pragmatis yang mendukung pasar bebas dan swastanisasi perusahaan milik negara.

Kini, munculnya Rouhani diharapkan akan mengubah wajah Iran. Langkah awal perubahan terlihat dari munculnya banyak tokoh berpendidikan Barat dalam kabinetnya, tokoh-tokoh yang pada zaman Ahmadinejad disingkirkan. Tekad Rouhani untuk ”menghilangkan ketegangan” dengan pihak luar (Barat)—seperti diungkapkan dalam pidato pelantikannya, Minggu—bisa dibaca sebagai isyarat bersikap lebih lunak, berakomodasi dengan Barat, berbeda dengan Ahmadinejad, meskipun Rouhani tetap menegaskan bahwa Iran memiliki hak untuk mengembangkan program nuklir.

Dari pidatonya, terbaca bahwa Rouhani memberikan harapan akan perubahan: ”... rakyat Iran memilih sikap moderat dan mengambil jarak dari ekstremisme. Ancaman akan dikurangi dan kesempatan harus ditingkatkan. Karena, moderasi menekankan pada nilai-nilai moral, kesabaran, dan kompromi.”

Sikap Rouhani ini mencerminkan menangnya rasionalitas dan kecenderungan Iran ke arah moderat. Ini juga pertanda bahwa radikalisme tidak lagi diterima masyarakat. Namun, kekuasaan tertinggi tetaplah di tangan Pemimpin Tertinggi Khamenei, yang kali ini pun merestui Rouhani. Barangkali Khamenei ingat perkataan Ayatollah Ruhollah Khomeini, "Segala sesuatu harus didasarkan pada kehendak rakyat."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com