Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Marah karena Rusia Beri Suaka buat Snowden

Kompas.com - 02/08/2013, 10:17 WIB
WASHINGTON DC, KOMPAS.COM — Presiden Barack Obama sedang memikir ulang apakah akan menggelar pertemuan puncak dengan Presiden Vladimir Putin di Moskwa bulan depan setelah Rusia menolak permintaan AS dan memberi suaka sementara kepada bekas agen mata-mata AS, Edward Snowden, kata Gedung Putih, Kamis (1/8/2013).

Snowden, ahli komputer yang membocorkan program rahasia intelijen Pemerintah AS yang kemudian menjadi buron, telah resmi mendapatkan suaka sementara di Rusia dan meninggalkan zona transit bandara Moskwa untuk secara resmi memasuki negara itu. Setelah hampir enam minggu di zona transit bandara Moskwa, Snowden berhasil mendapatkan suaka di Rusia dan meninggalkan bandara, Kamis kemarin menuju sebuah lokasi yang dirahasiakan di Moskwa.

Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, mengatakan Obama dan sejumlah pejabat AS "sangat kecewa" dengan keputusan Rusia yang memberikan Snowden suaka satu tahun padahal pihak AS telah mengajukan permohonan agar Rusia mengusir Snowden sehingga dia kembali ke AS guna menghadapi tuduhan spionase.

Langkah Rusia itu juga telah menimbulkan keraguan akan keberlangsungan pembicaraan tingkat tinggi yang dijadwalkan minggu depan antara Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, Menteri Pertahanan Chuck Hagel dan rekan-rekan mereka dari Rusia. Rencana pembicaraan itu sekarang "tak jelas lagi," kata seorang pejabat AS yang tidak mau namanya disebutkan kepada kantor berita Reuters.

Langkah Rusia tersebut memunculkan pertanyaan terkait kebijakan "mengatur ulang" hubungan AS dengan Rusia yang Obama prakarsai setelah menjabat pada 2009, dan memberikan tekanan terhadap Obama untuk bereaksi tegas dengan apa yang banyak orang lihat sebagai  teguran Rusia.

Keputusan besar pertama Obama adalah terkait apakah dia terus maju dalam pertemuan puncak empat mata dengan Putin di Moskwa bulan depan sebelum sebuah pertemuan puncak para pemimpin G-20 di St Petersburg.

"Kami sedang mengevaluasi kegunaan pertemuan puncak itu, terkait dengan hal ini dan isu-isu lain, tapi saya tidak punya pengumuman hari ini tentang hal itu," kata Carney kepada wartawan.

Obama baru-baru ini berencana untuk berpartisipasi dalam acara di St Petersburg, tetapi tidak memberi indikasi apakah akan mengadakan pertemuan dengan Putin. Pembicaraan tatap-muka antara Obama dan Putin di Irlandia Utara pada Juni lalu berlangsung tegang. Kedua pihak tidak sepakat terkait masalah Suriah, catatan hak asasi manusia Rusia dan isu-isu lainnya.

Namun tanggapan pemerintahan Obama atas langkah Rusia itu terkesan lebih menahan diri dibandingkan dengan langkah-langkah balasan cepat yang diserukan sejumlah anggota parlemen AS, termasuk sekutu Obama.

Senator Chuck Schumer, seorang Demokrat yang merupakan sekutu dekat Obama, mendesak Presiden untuk membalas dengan merekomendasikan agar KTT G-20 dipindahkan dari Rusia. "Rusia telah menikam kita dari belakang," kata Senator Schumer. "Terkait keputusan Rusia hari ini, Presiden harus merekomendasikan perpindahan KTT G-20," lanjut Schumer.

Sejumlah senator Republik yaitu John McCain dan Lindsey Graham mengecam keras Putin, yang menyebut tindakan Rusia itu merupakan aib dan upaya yang disengaja untuk mempermalukan Amerika Serikat. "Ini sebuah tamparan di wajah semua orang Amerika. Sekarang adalah waktunya untuk secara mendasar memikirkan kembali hubungan kita dengan Rusianya Putin," kata Senator McCain dan Graham dalam sebuah pernyataan.

Dua anggota Partai Republik itu mengatakan AS harus berani membalas, misalnya, dengan mendorong untuk menyelesaikan semua program pertahanan rudal di Eropa dan bergerak untuk ekspansi anggota NATO dengan memasukkan tetangga Rusia, yaitu Georgia. "Kita telah lama perlu mengambil pendekatan yang lebih realistis dalam hubungan kita dengan Rusia, dan mudah-mudahan hari ini kita akhirnya memulainya," kata mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com