Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis 11 Tahun: Lebih Baik Mati daripada Dijodohkan

Kompas.com - 23/07/2013, 14:30 WIB
Seorang gadis remaja 11 tahun yang menghindari perkawinan dini memberi tahu dunia melalui sebuah video berdurasi tiga menit bahwa ia "lebih baik mati," daripada dipaksa untuk menjalani pernikahan yang telah diatur.

Setelah mengetahui bahwa orangtuanya berencana untuk menjodohkan dia dengan seorang pelamar kaya, gadis belia asal Yaman, Nada al-Ahdal, mempertaruhkan nyawanya dan melarikan diri ke perlindungan pamannya. Gadis kecil yang dewasa sebelum waktunya itu, yang menyaksikan bagaimana bibinya yang masih remaja mengakhiri hidupnya setelah disiksa dalam pernikahan yang dijodohkan, mengungkapkan dalam video yang diunggap ke Youtube pada 8 Juli itu tentang kekejaman praktik pengantin anak.

"Saya tidak akan punya kehidupan, tidak ada pendidikan. Apakah mereka tidak punya belas kasih?" tanya Nada. "Silakan nikahkan saya. Saya lebih baik mati. Saya pilih mati (daripada dipaksa menikah)."

Menurut NOW News, paman Nada, Abdel Salam al-Ahdal, seorang teknisi montase dan grafis di sebuah stasiun TV, sudah dua kali melindungi keponakannya itu dari upaya orangtuanya untuk menjodohkan dia. Orangtua Nada pertama kali menerima tawaran dari seorang ekspatriat kaya, tetapi Al-Ahdal campur tangan dan mengatakan kepada calon mempelai pria bahwa Nada tidak cukup pantas buat dia. Al Ahdal berupaya untuk "menakut-nakuti orang itu agar menyingkir".

"Ketika saya mendengar tentang pengantin laki-laki itu, saya panik," kata pamannya itu kepada NOW. "Nada belum genap berusia 11 tahun, dia tepatnya berusia 10 tahun 3 bulan. Saya tidak bisa membiarkan dia menikah dan masa depannya hancur."

Ketika ibu Nada sekali lagi mencoba untuk menikahkan putrinya melawan kemauannya, Nada —meskipun terancaman bahwa dia bisa dibunuh— kembali melarikan diri ke pamannya. Ia pun melapor polisi. Sekarang dia secara permanen tinggal bersama Al-Ahdal.

Kasus kawin paksa seperti yang dialami Nada, sedang berkembang di seluruh dunia. Menurut sebuah studi World Vision yang dirilis pada Maret, semakin banyak pengantin perempuan yang masih anak-anak digiring ke pernikahan yang diatur karena adanya peningkatan kemiskinan dan krisis global. Orangtua yang hidup dalam ketakutan akan bencana alam, ketidakstabilan politik, dan kehancuran finansial melihat perjodohan sebagai cara untuk menyelamatkan keluarga mereka.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap hari, 39.000 anak perempuan, yang lebih muda dari 18 tahun, menikah.

"Perempuan tak punya hak untuk memberikan pendapat dalam keluarga," kata Humaiya, yang berusia 16 tahun, dari Banglades, kepada The Huffington Post pada Maret lalu. Ia berhasil melarikan diri dari pernikahan yang dijodohkan. "Ayah saya tidak mau mendengarkan," katanya.

Nada, yang videonya di YouTube telah mendapat lebih dari 2 juta hits, berharap bahwa dunia akan mendengar pesannya dengan terang dan jelas.

Remaja itu mengatakan, "Saya bukan satu-satunya. Hal ini dapat terjadi pada setiap anak. Beberapa anak memutuskan untuk menceburkan diri mereka ke laut, mereka sudah mati sekarang.  Mereka telah membunuh impian kami, mereka telah membunuh segalanya dalam diri kami. Tidak ada yang tersisa. Tidak ada pendidikan. Ini kriminal, ini hanya kriminal."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com