Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesir Memanas di Antara Ultimatum Militer dan Harapan Revolusi 2011

Kompas.com - 03/07/2013, 04:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber
KAIRO, KOMPAS.com — Para penentang Presiden Mesir Muhammad Mursi memenuhi jalanan kota Kairo, Selasa (2/7/2013) waktu setempat, sebagai desakan dipenuhinya tuntutan mereka agar Mursi mundur. Presiden Mesir ini pun "dilecehkan" oleh ultimatum militer yang memintanya memenuhi "tuntutan rakyat" atau menghadapi pemaksaan solusi.

Mursi dan Panglima Militer Abdel Fattah al-Sisi telah terlibat pembicaraan seharian penuh untuk membahas krisis Mesir. Seorang sumber militer mengatakan kepada AFP, pembicaraan ini menyusul bentrok di Kairo antara pendukung dan penentang Mursi yang menewaskan tujuh orang.

Kekerasan di kawasan Giza, Kairo, juga melukai puluhan orang dengan beberapa korban di antaranya dalam kondisi kritis karena luka tembak berdasarkan keterangan sumber medis kepada AFP. Terpisah, bentrok juga meletus di kawasan Helwan di Kairo dan di Provinsi Beheira, menurut pernyataan beberapa pejabat keamanan setempat.

Geliat bisnis di Mesir praktis terhenti dan hanya sangat sedikit kendaraan melintas di jalan-jalan seiring ketegangan yang melonjak menyusul tenggat waktu ultimatum dari tentara kepada Mursi. Militer Mesir mendesak Mursi memenuhi apa yang mereka sebut sebagai "tuntutan rakyat", yang pada Rabu (3/7/2013) ini sebagai tenggat waktu. Ultimatum tersebut dikecam para pendukung Mursi sebagai bentuk kudeta militer atas pemerintahan berkuasa.

Seorang pemimpin senior Ikhwanul Muslimin menyerukan kepada pendukungnya untuk siap mengorbankan nyawa mereka, mencegah pengambilalihan kekuasaan oleh militer. Sebagai pengingat, mereka menyebutkan bahwa ratusan orang tewas sepanjang revolusi 2011 dalam upaya menggulingkan Husni Mubarak yang didukung militer.

Koalisi oposisi utama pun mengatakan siap melakukan pembicaraan negosiasi transisi dengan militer. Mantan pengawas nuklir PBB Mohamed ElBaradei ditunjuk menjadi negosiator utama.

Protes massa di Mesir berlangsung sejak 30 Juni 2013 dengan para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Mursi memenuhi Kairo Tahrir Square dan jalanan di luar dua istana presiden di ibu kota.

Pendukung Mursi pasang badan, Oposisi tolak kudeta militer

Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohamed al-Beltagui mendesak seluruh rakyat Mesir menghormati pengorbanan mereka yang tewas selama revolusi 2011. Mursi menjadi presiden terpilih Mesir, setelah revolusi itu, adalah presiden pertama di Mesir yang terpilih melalui pemilu terbuka.

"Mencari syahid untuk mencegah kudeta ini adalah apa yang bisa kami tawarkan untuk (menghormati) mereka yang sebelumnya telah menjadi martir dalam revolusi," ujar Al-Beltagui. 

Sementara itu, kubu oposisi pun menyatakan prihatin dengan sikap militer yang bermain politik di tengah negara yang sedang terbelah meskipun militer pun bergegas menolak menyebut merencanakan kudeta.

Adapun Presiden Mursi, dalam pernyataan Senin jelang tengah malam waktu setempat, menyatakan akan melanjutkan upaya rekonsiliasi nasional. Menurut dia, ultimatum militer hanya menimbulkan kebingungan publik. Presiden pun menyatakan telah berkonsultasi dengan segala kekuatan nasional untuk mengamankan jalan perubahan demokratis dan perlindungan kehendak rakyat Mesir.

Kubu utama oposisi Mesir, Front Keselamatan Nasional, tegas menyatakan tidak akan mendukung kudeta militer. Sementara militer pun membantah akan ada upaya kudeta dengan menyatakan bahwa pernyataan Panglima Militer Mesir hanya bertujuan mendorong semua kubu politik untuk cepat menemukan solusi atas krisis ini.

Pada 30 Juni 2013, gerakan akar rumput The Tamarod yang membawa jutaan pengunjuk rasa ke jalanan menyatakan telah menunjuk ElBaradei sebagai "suara" oposisi. Dia diberi kepercayaan untuk memastikan dipenuhinya tuntutan rakyat Mesir dengan merancang skenario lengkap berikut road map transisi politik.

Ketidakpastian politik Mesir semakin memuncak setelah terjadi serentetan pengunduran diri di kabinet Mursi, termasuk pengunduran diri Menteri Luar Negeri Mohammed Kamel Amr. Juru Bicara Kepresidenan Ehab Fahmy, dan Juru Bicara Kabinet Alaa al-Hadidi juga mengundurkan diri.

Dari Washington, Amerika Serikat, pejabat Gedung Putih mengatakan, Presiden Barack Obama yang pemerintahannya merupakan pendonor besar untuk militer Mesir disebut telah memperingatkan Mursi bahwa suara rakyat Mesir harus didengar. Sumber ini mengatakan Obama meminta Mursi berkomitmen pada proses demokrasi, bukan pada partai atau kelompok.

Sementara Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle meminta semua pihak untuk tidak menyia-nyiakan harapan demokrasi yang mencuat dari revolusi 2011. "Ini adalah hari menentukan bagi transformasi politik di negara kunci dunia Arab," katanya.

Lawan Mursi menuduh Mursi telah mengkhianati revolusi dengan memenuhi pejabat kekuasaan hanya dari "kalangan Islam" dan memicu ekonomi Mesir jatuh bebas. Sebaliknya, pendukung Mursi mengatakan bahwa presidennya mewarisi banyak masalah dari rezim yang korup dan bahwa ia harus diizinkan untuk menyelesaikan masa jabatan hingga 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Sumber
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com