Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Cangkok Payudara, Pria Ini Merasa Jadi Korban Diskriminasi

Kompas.com - 26/06/2013, 15:54 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis


SINGAPURA, KOMPAS.com — Seorang pria Singapura mengeluhkan diskriminasi sejak dia menjalani operasi penanaman payudara buatan ke tubuhnya.

Kurt Tay, seorang petugas keamanan, mengecam sejumlah lembaga yang melarang keikutsertaan dirinya dalam sejumlah ajang.

Tay memutuskan untuk menyebar petisi yang meminta warga Singapura menerima pria berpayudara.

Melalui akun Facebook-nya, Tay menceritakan diskriminasi yang dialaminya.

Dia bermaksud menghadiri acara karaoke kaum lajang pada Minggu (23/6/2013), tetapi dia dilarang masuk dengan alasan para tamu perempuan yang hadir merasa risih dan keberatan.

Bahkan lembaga pemerintah juga ikut mengeluhkan kehadirannya dalam acara tersebut.

Aplikasinya untuk ikut serta dalam acara perjodohan yang diorganisasi Social Development Network (SDN) juga ditolak.

SDN adalah lembaga yang bekerja sama dengan masyarakat untuk membantu pria atau wanita lajang mendapatkan pasangannya.

“Saya tidak mengerti kenapa mereka memperlakukan saya berbeda, saya single perlu pendamping hidup. Saya bukan gay, banci, transjender, kenapa payudara saya dipersoalkan?” tulisnya berapi-api.

Bahkan, Tay menuliskan, sejumlah wanita lebih memilih pria berpayudara dibanding pria berdada rata.

Dia menilai perlakukan masyarakat ini sebagai bentuk diskriminasi yang tidak dapat ditoleransi.

Keputusannya untuk melakukan operasi penanaman payudara berukuran C-cup di Bangkok beberapa bulan lalu menuai kontroversi di Singapura.
 
Untuk operasi itu, Tay menghabiskan sekitar 4.100 dollar Singapura atau sekitar Rp 32 juta.

Bahkan, Tay berencana kembali ke Bangkok, meningkatkan ukuran payudaranya menjadi G-Cup.

Sejumlah dokter dan psikolog yang dimintai komentarnya menilai Tay akan menyesali keputusannya ini dalam beberapa tahun ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com