Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

G-8 Tak Relevan Lagi?

Kompas.com - 17/06/2013, 07:54 WIB

G-8 kini berada di era yang berbeda dan dengan postur yang sudah berbeda pula. Singkatnya, G-8 tidak saja tak mengena lagi, tetapi juga dianggap sudah uzur. Demikian kira-kira makna tulisan di harian Inggris, The Independent, edisi Minggu (16/6), yang menyajikan tulisan Hamis McRae, wartawan keuangan harian yang meraih sejumlah penghargaan.

Ide awal pembentukan G-8 terjadi pada tahun 1975. Misi awalnya adalah mempertemukan para pemimpin negara-negara terkuat secara ekonomi saat itu, yakni AS, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris. Kanada bergabung tahun 1976, Italia menyusul, dan paling akhir bergabung adalah Rusia.

McRae mengatakan, pertemuan G-8 ke-39 yang berlangsung mulai Senin (17/6) ini di Lough Erne, Irlandia Utara, tak memasukkan seluruh anggota BRICS karena hanya ada Rusia di dalamnya. Padahal, anggota BRICS selain Rusia, yakni China, Brasil, dan Afrika Selatan, kini melejit sebagai penguasa ekonomi dunia. Negara G-8 sekarang hanya menguasai 50 persen perekonomian dunia.

Bisakah G-8 menjadi sandaran? Itu pertanyaan John Ruthrauff, Direktur Advokasi Internasional InterAction, di situs Huffington Post edisi 15 Juni.

Bloger NBC News, John W Schoen, menuliskan, G-8 sekarang hanya ajang berbincang- bincang, tidak lebih. Lebih ironis lagi, G-8 yang awalnya fokus pada pembahasan masalah ekonomi kini fokus pada isu-isu politik dan Suriah. Dalam hal ini saja G-8 tak akan solid karena ada Rusia yang berada di pihak Suriah.

Jangankan untuk isu politik global seperti Suriah, isu-isu ekonomi karena krisis yang sedang melanda sebagian besar G-8 (kecuali Rusia) juga akan sulit diatasi.

Dalam hal ekonomi, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengatakan akan mencoba mengedepankan isu penggelapan pajak. Jerman, Perancis, dan AS adalah anggota G-8 yang gencar meminta isu ini dibahas karena cekaknya keuangan negara mereka juga akibat penggelapan pajak.

Ekonom peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2001, Joseph E Stiglitz, mengatakan, globalisasi telah memungkinkan semua orang ada di mana saja sekaligus lenyap di mana saja. Stiglitz hendak mengatakan, sulit mencegah penggelapan pajak.

Fakta lain, Inggris adalah pemilik 10 teritori yang menjadi kawasan ”surga pajak”, seperti British Virgin Islands.

Kanselir Jerman Angela Merkel termasuk yang paling gencar meminta peredaman aksi-aksi spekulan di pasar keuangan yang telah mengobrak-abrik perekonomian G-8 lewat krisis tahun 2008. Lagi-lagi, Inggris dan AS adalah markas utama para spekulan. Dua negara ini tak pernah serius meredam aksi-aksi spekulasi.

Akhir kata, G-8, kecuali Rusia, sudah memudar dari segi kekuatan ekonomi. Membahas ekonomi dan politik dunia tanpa BRICS secara utuh sudah sulit. G-8 kini ada di tempat berbeda dan sudah uzur. Para warganya juga sudah banyak yang uzur. G-8 tampaknya sedang menghadapi ajalnya. (MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com