Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikap UE Terbelah soal Embargo Senjata

Kompas.com - 28/05/2013, 03:22 WIB

Brussels, Senin - Pertemuan para menteri luar negeri negara anggota Uni Eropa di Brussels, Senin (27/5), diwarnai perbedaan pendapat mengenai isu Suriah. Sikap UE terbelah atas usulan melonggarkan embargo senjata untuk memperkuat kubu oposisi Suriah.

Inggris dan Perancis mendesak negara-negara UE lainnya untuk mencabut larangan pengiriman senjata ke kubu oposisi sebelum batas waktu untuk mengubah embargo habis, 31 Mei tengah malam. Kedua negara itu beralasan, bantuan senjata akan menyeimbangkan kekuatan kubu oposisi menghadapi pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad.

”Sangat penting untuk memperlihatkan bahwa kita siap untuk meringankan embargo senjata, sebagai pesan kepada Presiden Assad bahwa dia tak akan menang. Mari duduk bersama dan merundingkan hal itu,” kata Menlu Inggris William Hague.

Namun, sejumlah negara seperti Austria, Finlandia, Ceko, dan Swedia menentang hal itu. Menurut mereka, pengiriman senjata hanya akan memperparah konflik yang telah menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas. Mereka tidak mau melonggarkan embargo, setidaknya sampai konferensi perdamaian Suriah yang digagas bersama Amerika Serikat dan Rusia diselenggarakan di Geneva, Swiss, dalam waktu dekat.

Kompromi

Menlu Austria Michael Spindelegger mengatakan, dia telah berbicara dengan Hague sebelum pertemuan dan memiliki argumen untuk menentang pelonggaran embargo senjata. ”Jika perubahan disepakati, kami harap ada kompromi untuk memperpanjang embargo senjata, sambil melihat apa yang dihasilkan di Geneva,” ujarnya.

Pendapat Spindelegger didukung sejumlah menlu, yang menyarankan pilihan terbaik bagi UE adalah menunggu hasil konferensi damai di Geneva.

Terpecahnya sikap UE memperumit upaya penyelesaian konflik Suriah karena perpecahan di kubu oposisi Suriah juga sulit dijembatani. Upaya internasional untuk memperluas dukungan bagi Koalisi Nasional (NC), payung kubu oposisi, gagal setelah NC yang didominasi kelompok Islamis tak mengakui blok liberal.

Pertemuan 60 anggota NC selama empat hari di Istanbul, Turki, gagal memberikan ruang yang cukup bagi blok liberal pimpinan Michel Kilo. Kegagalan untuk memperluas basis dukungan juga mempertajam rivalitas di antara dua negara teluk, Qatar dan Arab Saudi, yang semula sama-sama mendukung oposisi Suriah.

Qatar sejak awal aktif mendukung oposisi, yang akhirnya didominasi kelompok yang berafiliasi kepada Ikhwanul Muslimin. Adapun Arab Saudi yang didukung Barat menekan koalisi untuk menyelesaikan pertikaian dan memberikan tempat kepada kelompok liberal untuk mengimbangi dominasi kubu Islamis.

Blok liberal akhirnya menerima tawaran hanya lima kursi—dari tuntutan setidaknya 20 kursi NC—dalam pertemuan alot yang berlangsung hingga dini hari. Perselisihan ini dinilai menunjukkan kelemahan oposisi menjelang konferensi Geneva dan memperkuat posisi Assad.

Konferensi Geneva untuk mencari solusi konflik Suriah digagas AS dan Rusia dalam kunjungan Menlu AS John Kerry ke Rusia, beberapa waktu lalu. Kerry dan mitranya, Menlu Rusia Sergei Lavrov, bertemu di Paris, Senin, untuk mendiskusikan rencana itu. (Reuters/ap/AFp/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com