Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas Gedung Runtuh di Banglades Jadi 147 Orang

Kompas.com - 25/04/2013, 11:45 WIB

Upaya pencarian secara besar-besaran diteruskan untuk menyelamatkan para korban yang terperangkap di bawah reruntuhan gedung yang ambruk di ibu kota Banglades, Dhaka. Hingga saat ini, sudah ditemukan 147 korban yang tewas akibat ambruknya sebuah gedung bertingkat delapan tersebut, Rabu (24/4/2013) kemarin.

Petugas penyelamat bersama para sukarelawan terus bekerja menggunakan alat-alat berat maupun tangan kosong untuk menyelamatkan ratusan orang yang diperkirakan berada di bawah puing-puing.

"Kami mendengar mereka menangis. Kami tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja," tutur seorang petugas penyelamat, Abul Khayer, kepada kantor berita AP.

Puluhan ribu orang, yang sebagian besar merupakan keluarga para korban, berkumpul di sekitar lokasi dalam suasana duka.

Perdana Menteri Sheikh Hasina sudah mengumumkan hari berkabung nasional, Kamis 25 April, untuk menghormati para korban.

Buruknya kondisi kerja

Seorang pemadam kebakaran mengatakan, sekitar 2.000 orang berada di Rana Plaza ketika gedung itu rubuh. Penyebab keruntuhan gedung masih belum diketahui, tetapi pemilik gedung dilaporkan sudah melarikan diri dan tidak diketahui keberadaannya.

Polisi mengatakan, pemilik gedung mengabaikan peringatan agar tidak mengizinkan pekerja memasuki gedung setelah ditemukan retakan sehari sebelum bencana.

Ambruknya gedung berlantai delapan ini mengangkat kembali keprihatinan atas keselamatan kerja yang buruk di Banglades.

Banglades memiliki industri garmen terbesar di dunia dan memanfaatkan gaji buruh yang rendah serta kondisi keselamatan kerja yang buruk untuk menghasilkan produk murah bagi jaringan pertokoan di negara-negara Barat. Di Rana Plaza, terdapat beberapa pabrik garmen untuk perusahaan Eropa dan Amerikat Serikat, antara lain Primark, C&A, dan Wal-mart.

Kelompok pegiat pekerja garmen yang bermarkas di Belanda, The Clean Clothes Campaign, mengatakan, tragedi Dhaka menjadi bukti bahwa sistem pengawasan keselamatan oleh perusahaan telah gagal melindungi pekerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com