N’Djamena, Minggu
Klaim Pemerintah Chad ini muncul di tengah pertempuran yang berkobar di Gao, Mali. Pihak militer Mali mengatakan, 50 pemberontak tewas dalam pertempuran sejak Jumat. Satu tentara Perancis juga tewas, korban ketiga sejak pasukan Perancis dikerahkan membantu pasukan Mali pada 11 Januari untuk membebaskan Mali utara dari kelompok separatis.
Belum ada konfirmasi tewasnya Belmokhtar dari pemerintah negara lain atau kelompok separatis. ”Jika informasi ini dikonfirmasi, ini hasil yang sangat penting karena kedua orang itu adalah motor Al Qaeda di wilayah Sahel (selatan Sahara)” kata Anne Giudicelli, peneliti kelompok militan.
Militer Chad yang bertugas memburu anggota AQIM di Mali utara mengatakan, Belmokhtar (40) tewas dalam operasi militer di Pegunungan Ifoghas, Sabtu. Veteran perang Afghanistan asal Aljazair itu memisahkan diri dari AQIM pada Desember lalu dan membentuk kelompok Tanda Tangan Darah. Sebelumnya, Belmokhtar beberapa kali terlihat di Timbuktu dan Gao sejak Ansar Dine, sekutu AQIM, menduduki Mali utara pada April 2012.
Beberapa hari setelah Perancis mengirim pasukan ke Mali, Belmokhtar dan kelompoknya menyerang ladang gas In Amenas di Aljazair selatan. Serangan ke ladang gas yang dioperasikan bersama oleh Inggris, Amerika Serikat, dan Norwegia itu berakhir dengan banjir darah setelah serbuan pasukan khusus Aljazair. Sebanyak 38 orang tewas, termasuk 37 pekerja asing.
Laporan tewasnya Abou Zeid dan Belmokhtar ini menimbulkan kekhawatiran akan nasib sandera warga Perancis. Hal itu yang diduga membuat Perancis tidak segera mengonfirmasi tewasnya Belmokhtar.
Setidaknya 15 warga negara Perancis disandera di Afrika, termasuk tujuh orang yang diculik beberapa pekan lalu di wilayah Sahel.