BAMAKO, KOMPAS.com - Pasukan Perancis dan Chad terus melakukan tekanan ke kawasan timur laut Mali, di kawasan pegunungan lokasi yang diyakini sebagai tempat persembunyian pemberontak Islam bersama tujuh sandera warga Perancis.
Pasukan kedua negara ini tiba di kota Aguelhok, 160 km sebelah utara kota Kidal, Kamis (7/1/2013) malam. Kota Aguelhok ini berada tak jauh dari perbatasan dengan Aljazair.
"Pasukan Perancis dan Chad sudah meninggalkan Kidal dan saat ini tengah berpatroli di Aguelhok," kata Kapten Aliou Toure dari Angkatan Darat Mali.
"Mereka sudah tiba di Aguelhok dan kini menuju ke Tessalit," sambung Toure sambil menambahkan Tessalit terletak sangat dekat dengan perbatasan Aljazair.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengkhawatirkan meningkatnya bahaya akibat serangan gerilya pasukan pemberontak.
"Saya kira operasi militer di Mali sejauh ini sangat efektif dan sukses," kata Ban di New York.
"Semua pasukan pemberontak nampaknya sudah dipukul mundur. Namun, kami khawatir mereka akan menyerang balik," sambung Ban.
Sedangkan Paris sangat menginginkan untuk mengalihkan kendali militer ini ke tangan pasukan koalisi Afrika bentukan PBB.
Sebab, untuk operasi militer di Mali, Perancis sudah mengeluarkan biaya sebesar 95 juta dollar AS atau hampr Rp 1 triliun. Dengan peningkatan biaya perang sebesar 2,7 juta euro atau sekitar Rp 35 miliar per hari.
Perancis kini mengerahkan 4.000 personil militernya di Mali. Jumlah ini sama dengan jumlah personil militer yang dikirim ke Afganistan pada 2010.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.