Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Menteri: Awas Pemberontakan Okinawa

Kompas.com - 01/02/2013, 04:31 WIB

TOKYO, KOMPAS.com — Mantan Menteri Jepang memperingatkan teroris dalam negeri dapat menyerang Tokyo jika pemerintah gagal mengatasi kemarahan di Okinawa atas kehadiran besar tentara Amerika Serikat di sana.

Shozaburo Jimi, menteri yang bertanggung jawab atas jasa keuangan dan perubahan pos di bawah pemerintahan lalu, pada Rabu (30/1/2013), menyarankan penduduk gugus pulau subtropika juga dapat mendorong pemisahan diri dari Jepang.

"Okinawa sejak lama memiliki sejarah gerakan kemerdekaan dan gerakan pemerintahan sendiri. Saya berharap itu tidak meledak," katanya kepada media setempat.

"Ada kemungkinan Okinawa akan mengatakan akan menjadi negara merdeka," kata Jimi, menurut Kyodo News. "Gerilya dalam negeri dapat terjadi sebagai akibat dari gerakan pemisahan diri dan teror bom bisa terjadi di Tokyo, bergantung pada cara negara menangani masalah itu.".

Tanggapan itu muncul saat Perdana Menteri Shinzo Abe, yang berkuasa sesudah pemilihan umum pada Desember, menegaskan kebijakannya memperkuat persekutuan ketentaraan Jepang-Amerika Serikat dan mengatakan mendorong rencana tidak disukai untuk memindahkan pangkalan udara besar negara adidaya itu di prefektur tersebut.

Pernyataan Jimi itu dilontarkan menjelang lawatan akhir pekan Abe ke Okinawa, dilihat sebagai upaya menekan pemerintah untuk meringankan beban atas provinsi di Jepang selatan itu, tuan rumah atas lebih dari setengah dari 47.000 tentara Amerika Serikat di Jepang.

Meskipun ada seruan politisi Okinawa, pemerintah pusat bertahan pada rencana memindahkan Pangkalan Udara Futenma dari kabupaten perumahan Okinawa ke daerah pantai jarang penduduk.

Serangan teror dalam negeri melanda Jepang pada 1960-an dan 1970-an saat pergolakan besar masyarakat dan sebagai bagian dari gerakan kaum keras dan mahasiswa, tetapi sejak itu secara umum lolos dari kekerasan politik tergalang.

Hubungan antara tentara Amerika Serikat dan warga Okinawa meruncing dalam beberapa bulan belakangan akibat rangkaian kejahatan oleh prajurit yang mabuk, termasuk perkosaan bergerombol atas wanita setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com