Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Kebijakan Satu Anak China Dievaluasi

Kompas.com - 11/01/2013, 15:09 WIB

Orang-orang yang tumbuh dewasa dengan kebijakan satu anak China tidak mudah percaya, menghindari risiko dan lebih pesimis, kata sebuah studi.

Tim peneliti Australia membandingkan orang-orang yang lahir sebelum kebijakan itu diperkenalkan dengan yang lahir sesudahnya. Mereka menggunakan permainan ekonomi dan survei untuk menilai perilaku peserta dan kepribadian mereka.

Temuan itu diterbitkan di jurnal Science.

Ketua tim studi itu Professor Lisa Cameron dari Monash University di Victoria mengatakan pada BBC, "Kami menemukan orang-orang yang lahir dengan kebijakan satu anak sangat sulit untuk mempercayai orang, cenderung tidak mengambil risiko, tidak mau mengambil risiko dan kurang kompetitif dibandingkan mereka yang lahir sebelum ada kebijakan itu."

Namun seorang ilmuwan dari Universitas Oxford mengatakan bahwa tim membuat klaim yang sangat keras dan perbedaan diantara kedua kelompok itu kemungkinan bukan hanya karena kebijakan.

Permainan Uang

Kebijakan pengendalian populasi China diperkenalkan pada 1979 dan peraturan itu membatasi pasangan di wilayah urban untuk memiliki hanya satu anak.

Para peneliti mewawancarai 421 orang dewasa, sebagian lahir beberapa tahun sebelum ada kebijakan itu dan separuhnya lagi setelah ada kebijakan.

Mereka menggunakan eksperimen ekonomi untuk mempelajari para peserta.

Professor Xin Meng dari Australian National University di Canberra menjelaskan, "Bagian pertama adalah tentang rasa percaya dengan menggunakan permainan uang... Mereka yang lahir setelah ada kebijakan akan memberi uang yang lebih sedikit pada pasangannya dan mereka juga akan mengembalikan lebih sedikit uang ke orang yang memberi mereka uang."

Eksperimen lain menguji sifat-sifat seperti mengambil risiko, sikap kompetitif, optimisme dan pesimisme.

Prof Meng mengatakan, "Di China ada kepercayaan bahwa generasi satu anak itu manja, egois dan malas... meski ini adalah keyakinan umum tapi tidak ada seorang pun yang pernah mengujinya, atau memberi bukti dan itulah sebabnya kenapa kita mempelajari hal ini."

Ia menambahkan bahwa China mempertimbangkan kebijakan mereka dan ia berharap hasil itu akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah China.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com