Kairo, Kompas -
Wartawan Kompas
Namun, sejak itu, Hamas dan Fatah gagal mencapai kesepakatan dalam pembahasan rincian rekonsiliasi tersebut.
Juru bicara kepresidenan Mesir, Yasser Ali, mengungkapkan, sebelum pertemuan segitiga itu, Mursi secara terpisah bertemu dengan Abbas dan Meshaal. Sebelum bertemu dengan Mursi, Abbas dan Meshaal secara terpisah juga bertemu Kepala Intelijen Mesir Raafat Sahata.
Direktur Studi Palestina Ibrahim Darawi mengatakan, jika pertemuan puncak segitiga itu tidak dapat digelar Rabu malam, pertemuan akan dilanjutkan Kamis ini. Ia memprediksi, pertemuan itu akan membuahkan hasil signifikan dalam isu rekonsiliasi karena tekanan dari Mesir semakin kuat agar rekonsiliasi di Palestina terwujud.
Menurut Darawi, kebijakan luar negeri Mesir terkait Palestina di bawah Mursi fokus pada tiga hal, yaitu berdirinya negara Palestina, pencabutan blokade atas Jalur Gaza yang diterapkan Israel sejak 2007, dan rekonsiliasi Hamas-Fatah.
Darawi mengatakan, Mesir telah bekerja keras mewujudkan ketiga hal itu. Contohnya, andil Mesir meloloskan Palestina sebagai negara peninjau non-anggota dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir November lalu.
Mesir juga mulai mencabut blokade atas Jalur Gaza, dengan mengizinkan bantuan Qatar untuk pembangunan kembali Jalur Gaza lewat pintu gerbang Rafah. Mesir juga mengizinkan delegasi sejumlah negara, termasuk Parlemen Indonesia, masuk ke Jalur Gaza lewat pintu gerbang Rafah.
Direktur Studi Palestina itu menambahkan, pekerjaan rumah Mesir kini tinggal mewujudkan rekonsiliasi Hamas dan Fatah. Situasi regional pasca-Musim Semi Arab ini sangat kondusif bagi terwujudnya rekonsiliasi Hamas dan Fatah.
Isyarat menuju hubungan lebih baik antara Hamas dan Fatah mulai terlihat di Jalur Gaza ataupun Tepi Barat. Hamas untuk pertama kali sejak 2007 mengizinkan Fatah merayakan ulang tahun di Jalur Gaza, pekan lalu.