Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Tragedi Maut di Connecticut

Kompas.com - 17/12/2012, 16:16 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Jumat (14/12/2012) pagi, sebelum pukul 09.00 waktu Connecticut, Amerika Serikat, bus sekolah berwarna kuning menepi di Sekolah Dasar Sandy Hook. Namun 4,8 km dari SD nan tentram itu, Adam Lanza sedang menembak ibunya saat tidur.

Setelah menembakkan empat peluru ke wajah ibunya, dia menggunakan rompi antipeluru dan mengendarai mobilnya ke sekolah tersebut. Dia membawa serta tiga senjata api, termasuk model semi-otomatis.

Pemuda berusia 20 tahun itu kemudian tiba di SD Sandy Hook sekitar pukul 09.30. Dia memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk utama. Beberapa menit sebelumnya, 456 siswa di SD tersebut masuk ke dalam gedung sekolah, pintu utama ditutup, alarm keamanan dinyalakan, dan CCTV diaktifkan.

Melalui pengeras suara, seorang guru terdengar membacakan ikrar kesetiaan, dan mengumumkan bahwa makan siang di kantin adalah pizza dan brokoli. Selain itu juga ada kue Natal yang dijual di lobi.

Di sela-sela itu, tiba-tiba terdengar suara rentetan tembakan di pintu masuk utama yang terbuat dari kaca. Pecahan kaca pun berserakan di lantai.

Melalui pengeras suara tersebut, sekitar pukul 09.35, para staf dan siswa di SD itu mendengar teriakan "angkat tangan!" diikuti beberapa suara tembakan. Door... door... dooor! Terdengar suara jeritan.

Anak-anak yang mendengar itu kebingungan, juga ketakutan. Namun, para pengajar dan staf sekolah sudah mengetahui apa yang tengah terjadi.

Di lobi sekolah, Adam Lanza berada di tengah tiga pilihan. Ruang kepala sekolah ke depan, kantin sekolah sebelah kanan, dan ruang kelas satu di sebelah kiri. Dia kemudian berbelok ke kiri.

Di ruang rapat dekat lobi, Kepala Sekolah Dawn Jochsprung (47) dan psikolog sekolah, Mary Sherlach, sedang bicara dengan orangtua murid. Ketika mendengar tembakan, keduanya langsung mencari sumber letusan pistol. Dengan berani, keduanya menyergap Adam. Namun keduanya diketahui tewas tertembak.

Di ruang rapat lainnya, wakil kepala sekolah menahan pintu masuk agar Adam tidak masuk ke ruangan tersebut. Namun, pemuda yang memiliki masalah kejiwaan itu menembak pintunya. Wakil kepala sekolah itu pun terluka di kaki.

Mendengar suara kaki Adam melalui pengeras suara, para staf mengunci pintu kelas dan melakukan upaya terbaik untuk melindungi anak-anak. Beberapa bersembunyi di bawah meja, kamar kecil, hingga ke dalam lemari. Mereka berusaha sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Ada seorang guru yang menyelamatkan murid-muridnya dengan melompat dari jendela, bahkan ada yang bersembunyi di gudang.

Setelah menembak kepala sekolah dan psikolog sekolah, Adam Lanza menuju ke kelas satu. Dia mencabut poster di dinding kelas yang baru saja ditempel murid-murid berusia 6-7 tahun tersebut untuk menyambut Natal.

Di dalam kelas, guru Kaitlin Roig menyembunyikan murid-muridnya di kamar mandi dan lemari, tetapi tidak mengunci pintunya. Namun karena lampu kelas tersebut mati, Adam hanya melewati kelas tersebut dan malah memasuki kelas yang tengah diajar oleh Lauren Rousseau. Dia kemudian menembaki ruang kelas yang berisi 14 anak. Menurut polisi, ketika ditemukan, mereka sedang berpelukan ketakutan.

Adam lalu menuju ruang kelas satu yang diajar Victoria Soto (27). Victoria buru-buru memasukkan murid-muridnya ke lemari, dan dia berdiri di luarnya. Kepada Adam, Victoria mengatakan mereka tidak berada di kelas.

Namun, enam dari murid-muridnya yang masih bocah itu berlari mencoba menyelamatkan diri, dan Adam tanpa ragu menghabisi mereka, Victoria, dan seorang asisten guru. Victoria ditemukan di mejanya dengan kertas bertuliskan "I love my teacher Miss Soto". Saat polisi membuka lemari, tujuh pasang mata menatap ketakutan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com