Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ranjau Meledak, 10 Anak-anak Tewas

Kompas.com - 17/12/2012, 14:31 WIB
KABUL, KOMPAS.com - Sepuluh orang anak perempuan di Provinsi Nangarhar, Afganistan tewas setelah sebuah ranjau meledak saat mereka tengah mencari kayu bakar, Senin (17/12/2012).

Anak-anak perempuan yang berusia antara 9-13 tahun itu tewas, setelah kapak salah satu anak tanpa sengaja menghantam ranjau dan meledak. Demikian Gubernur Distrik Chaparhar Mohammad Sediq Dawlatzai.

"Sebuah ranjau darat tua dai zaman perang melawan Uni Soviet meledak, menewaskan 10 anak perempuan dan melukai dua lainnya," kata Dawlatzai.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Provinsi Nangarhar, Ahmad Zia Abdulzai, mengatakan ranjau itu ditaman oleh "para musuh Afganistan" istilah lain untuk menyebut kelompok Taliban.

Pada 1989, saat Uni Soviet mundur setelah 10 tahun menduduki Afganistan, sekitar 700.000 buah ranjau dan lebih dari 15 juta bahan peledak sisa perang sudah dihancurkan. Demikian data yang dimiliki PBB.

Namun, meski dunia internasional sudah berupaya membersihkan benda-benda berbahaya itu, tiga dekade psca-pendudukan Uni Soviet, Afganistan masih menjadi salah satu negara dengan sisa ranjau darat terbanyak di dunia.

Bahan-bahan peledak itu ditanam dalam tiga masa konflik yaitu perang melawan Uni Soviet, perang saudara pada 1990-an dan perang melawan Aliansi Utara serta kelompok Taliban sebelum mereka dijatuhkan pada 2001.

Taliban kini lebih sering memasang bom atau merakit bahan peledak untuk menyerang pasukan Afganistan atau pasukan NATO. Namun tak jarang warga sipil yang justru menjadi korban.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com