Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Terowongan Jepang Peringatan bagi Negara Maju

Kompas.com - 10/12/2012, 02:18 WIB
Haryo Damardono

Penulis

TOKYO, KOMPAS.com — Tragedi robohnya terowongan di Jepang seharusnya menjadi peringatan bagi negara maju untuk memperhatikan dan memperbarui infrastruktur yang telah menua.

Triliunan dollar AS diperkirakan dibutuhkan di seluruh dunia untuk meremajakan infrastruktur, justru di tengah ancaman resesi.

Perawatan sering kali diabaikan karena tidak dilihat sangat dibutuhkan, kata Toshihiro Nagahama, Chief Economist Dai-Ichi Life Research Institute, dikutip dari Kantor Berita AFP, Minggu (9/12/2012).

Sembilan orang tewas ketika langit-langit beton di Terowongan Sasago, sekitar 80 kilometer di barat Tokyo, menimpa tiga mobil pada 2 Desember 2012.

Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti runtuhnya langit-langit terowongan berusia 35 tahun itu.

Pemerintah Jepang langsung memerintahkan inspeksi terhadap seluruh struktur terowongan dengan desain serupa.

Sementara polisi Jepang malah langsung menyelidiki kemungkinan terjadinya unsur pidana dalam peristiwa tersebut.

Setidaknya 8 persen dari 155.000 jembatan utama di Jepang telah berusia di atas 50 tahun. Pada tahun 2030, diperkirakan 50 persen dari seluruh jembatan akan berusia di atas 50 tahun.

Kementerian Infrastruktur mengestimasi kebutuhan dana 2,3 triliun dollar AS dalam 50 tahun ke depan untuk merawat seluruh infrastruktur tersebut.

Akan tetapi, dengan jumlah utang dua kali pendapatan domestik bruto, diperkirakan sulit untuk mencari dana segar.

Minimnya perawatan bukan kali pertama menghancurkan infrastruktur. Di Minneapolis, AS, sebuah jembatan setinggi 33 meter ambruk pada 2007 dengan korban tewas 13 orang.

The American Society of Civil Engineers memprediksi dibutuhkan 2,2 triliun dollar AS dalam dekade mendatang untuk sekadar mencegah rusaknya jembatan, jalan, alur sungai, dan kabel pembangkit.

Akan tetapi, kekuatan finansial Pemerintah Amerika Serikat dihitung hanya mampu memenuhi 50 persen kebutuhan. Bahkan, pembuat kebijakan di Washington diduga akan memotong lagi kebutuhan dananya.

Hal serupa juga terjadi di Australia. Akan tetapi, status quo bukanlah sebuah pilihan. "Tanpa membangun infrastruktur juga akan terjadi kemacetan, buruknya akses untuk ekspor, dan rendahnya kualitas hidup," ujar Rod Eddington, Chairman dari Infrastructure Australia.

Ekonom Dai-ichi Life, Nagahama mengatakan, tragedi terowongan harusnya memicu kesadaran publik akan pentingnya pemeliharaan infrastruktur. Publik juga harus menekan otoritas untuk berbuat sesuatu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com