Xi, yang sekaligus menjadi pemimpin tertinggi militer, mendapatkan dukungan kuat dari jajaran militer. Namun, dia berkuasa di era dengan segudang masalah.
Ke depan, laju pertumbuhan ekonomi China bisa tidak lagi secerah masa lalu. Di samping itu, ada banyak kesenjangan yang membuat warga mulai kehilangan respek pada otoritas.
Ada kesenjangan pendapatan, kesenjangan pembangunan wilayah, dan kesenjangan sosial. Para pekerja migran, misalnya, menganggap diri mereka sebagai warga kelas dua.
Para pengusaha sudah mulai mengeluh tentang iklim investasi yang semakin memberatkan, seperti keharusan memperbaiki upah buruh dan memperbaiki kontrak kerja.
Setelah tiga dekade pertumbuhan ekonomi yang tinggi, warga China memang merasakan kenaikan status sosial ekonomi. Akan tetapi, warga juga menuntut pemerintahan yang lebih baik, dan pada tingkat tertentu juga menuntut demokrasi.
Pemerintah tampak tak siap dengan segala keluhan itu. Pola tangan besi terus terlihat. Polisi terus menangkapi aktivis dan meredam aksi-aksi protes.
Sejumlah wilayah juga mengeluh tentang demokrasi dan kebebasan, seperti yang dilakukan warga Tibet.
Xi Jinping menyadari tugas berat itu. ”Tanggung jawab kita sekarang adalah memimpin serta mengarahkan partai dan semua warga dari beberapa etnis,” katanya.
Xi menjanjikan pelayanan sosial yang lebih baik sembari memastikan bahwa akar kemiskinan akan dikikis. Xi tak menyebut lebih jauh bagaimana dia mengatasi sejumlah akar masalah itu. Ia hanya menjanjikan akan mengarahkan China ke sebuah negara yang terbarui.