Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Fotografer Kamp Konsentrasi Auschwitz

Kompas.com - 29/10/2012, 15:34 WIB

Foto-foto mengerikan tentang seorang gadis muda Yahudi di Auschwitz merupakan beberapa dari ribuan foto yang menghantui seorang fotografer Nazi sepanjang hidupnya.

Wilhelm Brasse dipaksa mengambil foto-foto ketakutan mengerikan dari anak-anak dan para korban saat eksperimen medis tentang kematian mereka di kamp pemusnahan, di mana sekitar 1,5 juta orang, kebanyakan Yahudi, meninggal dalam Holocaust.

Brasse, yang meninggal pekan ini dalam usia 94 tahun, telah menghidupkan kembali horor-horor di Auschwitz itu, tetapi ia dianggap sebagai pahlawan setelah ia mempertaruhkan nyawanya untuk melestarikan foto-foto mengerikan tersebut, yang kemudian membantu proses hukum bagi para monster Nazi yang menugaskan dia mengambil foto-foto tersebut.

Setelah perang, Brasse mencoba untuk kembali ke dunia fotografi, tetapi hal itu terlalu traumatis baginya. Dia mengatakan, "Ketika saya mulai mengambil foto-foto lagi, saya melihat orang-orang mati. Saya berdiri untuk mengambil foto seorang gadis muda untuk memotretnya, tetapi di belakang dia, saya melihat mereka, yang seperti hantu berdiri di sana. Saya melihat mata-mata yang membelalak, ketakutan, menatapku. Saya tidak bisa melanjutkan."

Dia pun tidak pernah lagi memegang kamera. Sebaliknya, ia mendirikan sebuah bisnis pembuatan pembungkus sosis dan menjalani kehidupan sederhana yang sejahtera.

Sebelum perang, Brasse terlatih sebagai fotografer di sebuah studio milik bibinya di kota Katowice, Polandia. Dia memiliki keterampilan untuk membuat foto-foto yang bisa bercerita dan kemampuan untuk membuat obyeknya tenang.

Namun, kedamaiannya hancur dengan invasi Nazi ke Polandia pada September 1939. Dia lahir dari seorang ayah berbangsa Jerman dan ibu berbangsa Polandia.

Dia bilang, "Ketika Jerman datang, mereka ingin saya bergabung dengan mereka dan menyatakan kesetiaan kepada Reich, tetapi saya menolak. Saya merasa diri orang Polandia dan saya orang Polandia. Ibu saya yang menanamkan hal itu dalam diri kami."

Penolakan itu merupakan hal yang sangat berani buat Brasse yang ketika itu berusia 22 tahun.

Setelah sejumlah interogasi oleh Gestapo, ia mencoba melarikan diri ke Hongaria. Namun, ia tertangkap di perbatasan. Dia dipenjarakan selama empat bulan dan kemudian ditawarkan kesempatan lagi untuk menyatakan kesetiaannya kepada Hitler.

Dia mengatakan, "Mereka ingin saya bergabung dengan tentara Jerman dan segalanya dijanjikan akan baik-baik saja jika saya melakukan itu."

Namun, lagi-lagi dia menolak dan pada 31 Agustus 1940 ia dimasukkan ke sebuah kereta api menuju kamp konsentrasi yang baru saja dibuka di Auschwitz-Birkenau. Pada Februari 1941, ia dipanggil ke kantor komandan kamp yang terkenal brutal, Rudolf Hoss, yang kemudian digantung karena kejahatannya.

Brasse yakin bahwa itu adalah akhir baginya, tetapi ketika ia tiba, ia mengetahui bahwa SS sedang mencari seorang fotografer. Yang terjadi selanjutnya menjadi pengalaman yang aneh dan menakutkan. Orang-orang yang dikumpulkan kemudian diuji keterampilan fotografinya.

Setiap kegagalan sudah pasti akan berarti kerja paksa dan kematian. Dia mengatakan, "Kami ada lima orang. Mereka menguji segala sesuatu, keterampilan laboratorium dan kemampuan teknis dengan kamera. Saya memiliki keterampilan itu serta mampu berbicara bahasa Jerman, jadi saya terpilih."

Nazi menginginkan dokumentasi atas tahanan mereka. Reich terobsesi dengan catatan birokrasi dan mengatur Erkennungsdienst, unit identifikasi foto.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com