Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berseragam Tentara AS, Taliban Serang Markas NATO

Kompas.com - 17/09/2012, 17:08 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Para gerilyawan Afganistan yang melakukan serangan terencana dan berani ke Camp Bastion, pangkalan militer di mana Pangeran Harry dari Inggris ditempatkan, mengenakan seragam Angkatan Darat AS, kata NATO sehari setelah serangan itu.

Gerilyawan Afganistan sangat langka menggunakan seragam militer AS dalam serangan mereka. Menurut data CNN, terakhir hal itu dilakukan lebih dari dua tahun lalu, ketika NATO membalas serangan terhadap dua pangkalan di Provinsi Khost pada Agustus 2010. Tidak ada tentara koalisi yang tewas dalam serangan itu, kata Pasukan Keamanan Bantuan Internasional (ISAF NATO) ketika itu.

Setidaknya dua marinir AS tewas dalam serangan yang tergolong sangat berani pada Jumat (14/9) malam lalu itu, dan enam jet tempur hancur, kata ISAF ketika merilis rincian lebih lanjut tentang serangan tersebut.

Para petempur yang terlatih, melakukan dengan baik serangan di Provinsi Helmand, kata ISAF. Sekitar 15 gerilyawan dibagi dalam tiga tim menerobos pagar markas itu dan melakukan kerusakan, menghancurkan enam stasiun pengisian bahan bakar dan merusak hanggar enam pesawat.

Para penyerang menenteng senapan otomatis, roket peluncur granat dan memakai rompi bunuh diri. Mereka menghancurkan enam jet AV-8B Harrier dan merusak dua lainnya sebelum serangan itu berakhir, kata pihak koalisi.

Empat belas gerilyawan tewas dan satu orang terluka lalu ditangkap, kata ISAF.

Delapan personel militer koalisi dan satu kontraktor sipil juga terluka.

Juru bicara ISAF, James Graybeal, mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah para penyerang punya "pengetahuan tentang kondisi di dalam (markas),".

ISAF tidak mengungkapkan bagaimana para penyerang itu mendapat seragam, tetapi menurut laporan CNN seragam semacam itu dijual di pasar-pasar di sana.

Pada Mei 2010 terjadi kasus serupa, para pemberontak Afghanistan mengenakan seragam AS.

Dan di Irak lima tahun lalu, ada sebuah serangan dramatis dan sukses yang menggunakan taktik yang sama. Para penyerang yang mengenakan apa yang tampaknya seragam Amerika bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan lima tentara AS di Karbala, Irak, tahun 2007.

Pangeran Harry adalah pilot helikopter Apache yang bermarkas di Camp Bastion. Namun Kementerian Pertahanan Inggris secara kategoris membantah laporan di media Inggris hari Minggu yang menyatakan bahwa ia hanya beberapa ratus meter dari lokasi serangan itu. Juru bicara ISAF, Mayor Martin Crighton, sebelumnya mengatakan, Harry, cucu Ratu Elizabeth II yang berada pada urutan ketiga dalam antrean untuk menduduki takhta Inggris, "sama sekali tidak berada dalam bahaya" pada serangan terbaru itu.

Hari Sabtu, ISAF mengatakan, markas tersebut aman dan serangan itu  tidak akan "mempengaruhi" operasi udara dan darat.

Camp Leatherneck, sisi AS dari pangkalan itu, tidak terpengaruh oleh serangan itu, kata Mayor Adam N. Wojack, seorang juru bicara ISAF, kepada CNN. Markas gabungan itu terletak di wilayah gurun terpencil di Provinsi Helmand, di jantung Taliban di selatan Afganistan.

Taliban mengatakan, pihaknya yang melakukan serangan itu. Taliban menyebut serangan itu sebagai reaksi atas film anti-Islam yang telah memicu kemarahan di kalangan umat Islam. Namun Crighton mengatakan, tidak ada demonstrasi terorganisir luar gerbang markas itu sebelum serangan tersebut terjadi. Afganistan hanya dilanda demonstrasi yang relatif kecil dan damai terkait film itu selama seminggu terakhir ketika protes di negara mayoritas Muslim dan lokasi lainnya merebak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com