Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ladyboy" Tak Kalah Cantik dari Perempuan

Kompas.com - 13/08/2012, 19:20 WIB
Dwi Bayu Radius

Penulis

KOMPAS.com- Sejumlah perempuan mengobrol di sebuah meja. Pemandangan yang lazim terlihat di beberapa kafe di daerah itu. Paras mereka aduhai cantiknya. Busananya pun modis dengan dandanan yang sungguh sedap dipandang mata. Jangan salah, mereka ternyata bukan perempuan sungguhan...

Suasama demikian jamak dan mudah ditemukan di Patpong, sebuah kawasan lampu merah di Bangkok, Thailand. Para "perempuan" itu adalah kalangan yang di Thailand lazim disebut ladyboy. Mereka adalah pria yang kemudian menjalani operasi transjender.

Sebagai kawasan merah, Patpong dari dulu memang menjadi surga bagi para penikmat dunia malam, termasuk ladyboy dan juga wisatawan yang sekadar ingin tahu.

Para ladyboy itu biasa nongkrong, pelesir, atau sekadar mengobrol. Saat pertama kali memasuki Patpong dengan taksi dalam tur bersama Mandala Airlines, akhir pekan lalu, hanya decak kagum yang muncul.

"Wah cantik ya.. cantik-cantik betul..," ujar beberapa teman serombongan yang memandang sekilas sosok-sosok rupawan itu. Masih agak sulit membedakan perempuan asli dan ladyboy dari jauh. Hanya tampak paras-paras cantik yang jika boleh dikatakan, lebih menawan bahkan dibandingkan perempuan pada umumnya.

Maka, rombongan tur pun turun dan menjatuhkan pilihan di salah satu kafe yang cukup nyaman. Dari situ, pengamatan bisa dilakukan lebih jelas. Apa lagi, rombongan sempat berjalan sebentar melintasi sisi beberapa meja.

Ternyata, jika dicermati lebih seksama, tampak ciri khas ladyboy. Wajah-wajah itu memang molek dengan hasil transplantasi pada bagian dada yang menyembul. Namun, bagian bawah dan sampingnya terlihat perbedaan.

Meski masih cukup proporsional, lengan dan kaki mereka lebih besar dari perempuan biasa. Tinggi mereka pun melampaui perempuan rata-rata di Thailand.

Soal suara, apakah masih seperti laki-laki atau sudah berubah, rombongan tur mencoba menajamkam pendengaran. Nyaris sia-sia. Suara bising dunia malam dan jarak yang cukup jauh menjadi penghalang. Akan tetapi, di sela ingar-bingar terdengar juga suara cekikikan dengan posisi telapak tangan ladyboy di depan mulut.

Jelas, sopan santun pun mereka tak kalah dengan perempuan biasa. Suara itu terdengar sopran atau di kalangan penyanyi perempuan, adalah yang paling rendah.

Semula, beberapa peserta tur berniat memotret mereka. Akan tetapi, rencana itu diurungkan karena cemas mereka terganggu. Lagi pula, Ben (30), seorang pemandu wisata, mengingatkan, perasaan ladyboy sangat sensitif.

Suasana remang-remang juga tak memungkinkan memoret tanpa lampu kamera.

Tak terasa sudah menjelang pukul 03.00. Sekitar dua jam waktu dihabiskan di Patpong. Mata tak bisa diajak kompromi lagi. Rombongan pun bertolak ke hotel diselingi canda tawa.

"Eh, lo suka sama ladyboy yang mana?" gurau seorang teman. "Wah, enak aja, lo kali yang suka, ha-ha-ha..," timpal rekan lainnya. (Dwi Bayu Radius dari Bangkok, Thailand)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com