Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Nama Myanmar, Suu Kyi Ngotot Sebut Birma

Kompas.com - 03/07/2012, 21:42 WIB

YANGON, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi menolak perintah pemerintah Myanmar agar berhenti menyebut negeri itu sebagai "Birma", nama suku besar di negara itu dan banyak digunakan juru kampanye demokrasi untuk menentang penguasa.

Penguasa lama mengganti nama resmi negara itu sekitar dua dasawarsa lalu menjadi Myanmar dan menyatakan Birma adalah peninggalan pemerintahan jajahan Inggris. Penyebutan nama Birma juga menyiratkan negeri beragam itu hanya milik suku tersebut.

Panitia pemilihan negara itu pada pekan lalu "menghukum" Suu Kyi atas berulang kali menggunakan nama tersebut selama lawatan luar negerinya baru-baru ini. Mereka menuduh Suu Kyi dan partainya Liga Bangsa untuk Demokrasi (NLD) telah melecehkan undang-undang dasar. Namun, Suu Kyi menantang dengan kepada wartawan di Yangon dan menyatakan akan menyebut negara itu dengan nama apa pun ia suka.

"Dalam negara demokratis, sesuatu harus dilakukan setelah melihat keinginan rakyat," katanya seraya menyebutkan bahwa tentara mengganti nama negara itu tanpa berembuk.

"Kebebasan berbicara dan hak mengutarakan pikiran secara bebas tidak menghina siapa pun. Itu juga tentang asas demokrasi dan kebijakan. Jadi, saya menganggap dapat menggunakan apa pun yang saya ingin gunakan karena saya percaya demokrasi," katanya.

Suu Kyi dan NLD menentang keras perubahan nama itu. Keduanya mencela dengan menyebut Myanmar sebagai lambang upaya para jenderal menciptakan negara baru. Pemimpin dunia juga bingung bagaimana menyebut nama negara Myanmar, yang muncul dari pemerintahan militer di bawah bimbingan pembaru Perdana Menteri Thein Sein.

Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut negara itu "Birma". Adapun pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama baru-baru ini juga menyebut nama yang sama. Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton memilih lebih cara diplomatik dalam perjalanan ke negara itu pada Desember tahun lalu dengan menggunakan nama Birma, tapi secara umum lebih memilih mengatakan "negara ini".

Bamar/Birma adalah suku besar di Myanmar dengan jumlah dua per tiga dari penduduk Myanmar. Suku itu beragama Budha dan menghuni sebagian besar wilayah negara tersebut, kecuali pedesaan.

Saat berkampanye di daerah suku kecil menjelang pemilihan umum sela April lalu, Suu Kyi mengenakan busana suku kecil setempat. Akan tetapi, partainya dikuasai suku terbesar dan berkuasa Birma, yang menekan suku kecil. Suku itu diduga merasa "kehilangan" jika nama negara tersebut berubah menjadi Myanmar.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com