Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doktor Kehormatan bagi Suu Kyi

Kompas.com - 21/06/2012, 08:18 WIB

OXFORD, KOMPAS.com - Pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, menerima gelar doktor kehormatan di bidang hukum perdata dari almamaternya, Universitas Oxford, Rabu (20/6/2012). Gelar tersebut diberikan pada 1993, tetapi selama ini tidak bisa diterima Suu Kyi yang menjalani tahanan rumah di Myanmar.

Suu Kyi hadir dengan mengenakan pakaian tradisional Myanmar, longyi, di balik jubah akademik warna merah. Sekuntum bunga tampak tersemat di rambutnya di bawah topi beludru hitam yang dikenakan Suu Kyi.

”Hal terpenting yang saya pelajari adalah penghormatan kepada seluruh peradaban. Di Oxford saya belajar untuk menghormati segala yang terbaik dari peradaban manusia,” tutur Suu Kyi dalam sambutannya. Pahlawan demokrasi Myanmar itu memang pernah belajar ilmu politik, filsafat, dan ekonomi di St Hugh’s College yang merupakan bagian dari Universitas Oxford, pada pertengahan 1960-an.

Di Oxford itu pula ia kemudian bertemu dan menikah dengan Michael Aris, seorang dosen di Universitas Oxford. Mereka kemudian tinggal di Oxford selama hampir dua dasawarsa.

Kehadiran Suu Kyi di Oxford kali ini merupakan bagian dari rangkaian lawatannya ke beberapa negara Eropa, termasuk Inggris, yang menjadi perjalanan penuh kenangan bagi Suu Kyi.

Sebuah pilihan

Tahun 1988 Suu Kyi terpaksa meninggalkan Inggris untuk kembali ke Myanmar dan merawat ibunya yang sakit keras. Roda sejarah mengubah nasibnya ketika Suu Kyi memutuskan tetap bertahan di Myanmar untuk memperjuangkan demokrasi di sana.

Myanmar waktu itu masih berada dalam cengkeraman rezim junta militer, yang menempatkan Suu Kyi dalam status tahanan rumah selama bertahun-tahun.

Dia bahkan tak dapat menemani suaminya di saat-saat terakhir menjelang kematian Aris karena kanker pada 1999. Suu Kyi khawatir jika ia pergi ke Inggris waktu itu, junta militer tak akan membolehkan dia kembali ke Myanmar.

”Saya sudah sering bilang seperti ini, bahkan berkali-kali sampai bosan. Saya tak melihat apa yang saya lakukan di masa lalu sebagai sebuah pengorbanan. Semua itu adalah pilihan yang telah dan harus saya ambil,” ujar Suu Kyi saat diwawancarai stasiun televisi ITV.

”Justru (mendiang) suami dan kedua anak laki-laki sayalah yang sebenarnya telah berkorban. Terutama kedua anak saya, yang saat itu masih berusia sangat muda. Sungguh berat bagi mereka ketika kedua orangtuanya tak bisa hadir di dekat mereka setiap saat,” tambah Suu Kyi.

Suu Kyi mengaku sangat sedih atas keadaan itu. Namun, di sisi lain, Suu Kyi mengaku pada akhirnya seseorang memang harus mampu memutuskan apa yang menjadi prioritasnya.

(AFP/DWA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com