Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Damaskus Mulai Diperebutkan

Kompas.com - 12/06/2012, 17:53 WIB

ISTANBUL, KOMPAS.com - Pemerintah Suriah menuduh para pemberontak menyerang stasiun pembangkit listrik di pusat kota Damaskus pada Jumat pekan lalu. Tuduhan yang sama dilontarkan untuk menggambarkan gerakan demonstrasi yang pecah di kota perbatasan Daraa lebih dari setahun lalu.

Namun baku tembak dan ledakan yang terdengar di seluruh ibukota Suriah dalam beberapa hari terakhir menunjukkan titik balik dalam konflik Suriah.

Pertempuran-pertempuran kecil mematahkan klaim bahwa Damaskus aman. Para pakar Suriah mengatakan, pertempuran untuk merebut dua kota terbesar, Damaskus dan ibukota perdagangan Aleppo, sudah dimulai.

"Di kedua kota itu kami tidak saja melihat lebih banyak kontak senjata dibandingkan sebelumnya, tetapi ada kebangkitan gerakan protes," kata Peter Harling, pengamat yang bekerja dengan International Crisis Group, yang berpusat di Damaskus.

"Yang berubah adalah konflik sudah bergerak ke area-area yang diklaim oleh rezim (Bashar al-Assad) didominasi silent majority yang menginginkan stabilitas, bukan perubahan rezim," imbuh Harling.

Selubung itu pecah dalam beberapa pekan terakhir, bukan oleh peluru atau bom, melainkan melalui gembok dan kunci.

Pada Minggu, 28 Mei, berderet toko dan kios di Pasar Hamidiya yang berlokasi di jantung kota Damaskus tutup. Para pemilik toko di ibukota menggelar aksi mogok untuk memprotes pembantaian warga sipil di desa Houla, yang diduga dilakukan oleh milisi propemerintah.

"Ketika para pedagang di Hamidiya - pasar utama - mogok, artinya Anda tahu Anda sudah kehilangan hati nurani dan jantung Damaskus," tulis Joshua Landis, pakar Suriah dan direktur Center for Middle East Studies di Univesity of Oklahoma.

"Kaum borjuis Sunni sudah berpaling dari rezim (Assad)," tegas Landis.

"Ini menjadi pertanda sangat kuat yang mengisyaratkan bahwa persekutuan historis antara rezim dengan para pebisnis di ibukota, paling tidak, sudah patah sebagian," tukas Harling.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com