Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kecewa, Kapten Emad Dapat Suaka

Kompas.com - 06/06/2012, 18:15 WIB
Hindra Liu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemerintah Indonesia kecewa dan sulit menerima kenyataan bahwa pemerintah Australia memberikan izin tinggal kepada beberapa orang yang diduga otak di balik penyelundupan manusia, termasuk Kapten Emad. Pemerintah Indonesia membutuhkan suatu penjelasan mengenai duduk perkara tersebut.

"Ini sulit diterima logika. Sementara, misalnya, anak-anak yang tanpa mereka ketahui menjadi korban penipuan dari pelaku tindak pidana penyelundupan manusia malah ditahan," kata Marty kepada para wartawan, Rabu (6/6/2012).

Marty mengatakan, pemerintah Indonesia telah melakukan komunikasi dengan pemerintah Australia. Saat ini, kata Marty, pemerintah Australia mengatakan akan menginvestigasi pemberian izin tinggal tersebut. "Kami mengetahui mereka sendiri sedang menginvestigasi. Saya tidak tahu istilah yang tepatnya, apakah mereka kecolongan. Saya tidak tahu. Yang papsti mereka sedang mencoba mengetahui bagaimana seseorang ini bisa memeroleh izin tinggal di Australia," kata Marty.

Kapten Emad tinggal dan beroperasi di Canberra, Australia. Menurut pengungsi asal Irak, Hussain Nasir, Emad adalah gembong penyelundup manusia. "Emad adalah gembongnya. Dia kepala ular. Dia sangat pintar dan mengetahui semua teknik yang ada. Bahkan, para penyelundup top di Indonesia dan Malaysia belajar dari dia," ujar Hussain Nasir.

Menurut Four Corners, jaringan televisi ABC, Emad masuk ke Australia menggunakan nama Ali Al Abassi. Bulan April 2010, hanya tiga bulan setelah tiba di Australia, Emad mendapatkan visa pengungsi dan status sebagai residen. Menurut Four Corners, Kapten Emad sekarang bekerja sebagai pengumpul kereta belanja di supermarket. Istri beserta ketiga anaknya yang sudah dewasa dan pasangan mereka mendapatkan status pengungsi dan menggunakan nama berbeda dari yang mereka gunakan di Malaysia dan Indonesia.

Kapten Emad ini dilaporkan sebelumnya sudah lama tinggal di Malaysia, di mana dia memiliki bisnis menjual parfum. Sebelumnya, dia pernah menjadi kapten kapal kargo ke sejumlah negara Asia. Setelah munculnya tayangan Four Corners pada Senin (4/6/2012) malam, pemimpin oposisi Tony Abbot mengatakan, hal ini menunjukkan betapa tidak berdayanya pemerintah menghadapi para penyelundup manusia tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com