Damaskus, Rabu -
Pada hari Rabu (9/5), pasukan rezim Assad membombardir kota Douma, di dekat Damaskus, ibu kota negara. Akibatnya, empat warga sipil tewas. Laporan lain menyebutkan, dua di antara korban tewas itu adalah tentara.
Sehari sebelumnya, pasukan pemerintah menewaskan lebih dari 10 orang dalam pertempuran di seantero Suriah. Setiap hari jatuh korban jiwa, yang terbanyak adalah warga sipil. PBB menegaskan, lebih dari 9.100 orang tewas sejak 14 bulan lalu. Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan sudah hampir 12.000 orang tewas.
Demi menghindari kekerasan lanjutan, yang bisa menyeret Suriah terperosok ke dalam jurang perang saudara, AS mulai ikut campur tangan. Seperti dirilis Reuters, Rabu, AS telah terlibat memberikan dukungan logistik dan komunikasi bagi oposisi yang memerangi rezim.
Tidak diuraikan secara rinci bantuan logistik jenis apa yang diberikan AS. Sempat muncul isu, AS ikut mempersenjatai kaum oposisi, namun dibantah. Dikatakan, Washington menghindari pemberian senjata atau peralatan perang lainnya kepada kubu oposisi.
Pada hari Selasa, PBB mengatakan senjata telah diselundupkan dari dua arah antara Lebanon dan Suriah, tempat aksi perlawanan rakyat yang sudah berlangsung satu tahun dua bulan sejak pecah Februari 2011.
Rezim berulang kali menyatakan senjata diselundupkan melalui perbatasan dengan Lebanon dan negara lain. Senjata dipasok kepada oposisi yang sedang memerangi rezim Assad. Diplomat Barat dan pejabat PBB menyatakan, meskipun oposisi menerima senjata, mereka tetap kalah dibandingkan kekuatan rezim.
Mediator internasional Kofi Annan, Palang Merah Internasional, dan Liga Arab memperingatkan, Suriah mulai terperosok ke dalam perang saudara. ”Berdasarkan informasi yang kami peroleh ada aliran senjata dua arah, dari Lebanon ke Suriah dan dari Suriah ke Lebanon,” kata Terje Roed-Larsen, utusan khusus DK PBB yang menyerukan perlucutan senjata di Suriah.
Menurut Kofi Annan, situasi di Suriah saat ini ”sangat merisaukan”. Kekerasan oleh rezim Assad telah memasuki episode yang mengkhawatirkan. Berbicara di depan DK PBB di Geneva, Annan menegaskan kekerasan semakin dalam dan bisa menyeret Suriah semakin dalam ke perang besar sesungguhnya.
Perdamaian harus segera diwujudkan. Prioritas utama agenda damai yang diharapkan Annan saat ini adalah ”menghentikan pembunuhan”. Dunia internasional harus memikirkan solusi untuk mengakhiri kekerasan.
”Prioritas terbesar, terlebih dahulu, kita harus menghentikan pembunuhan,” kata Annan. Dia juga menambahkan enam poin rencana perdamaian yang dirintisnya merupakan ”satu-satunya kesempatan yang tersisa untuk menstabilkan negara itu”.
Jakob Kellenberg dari Komisi Palang Merah Internasional mengatakan, pertempuran sudah semakin intens di beberapa wilayah Suriah. Keadaannya semakin memburuk. Perang saudara sesungguhnya sudah terjadi di beberapa wilayah. Dia berharap apa yang diupayakan Annan tidak sampai gagal.
Gencatan senjata seharusnya sudah dilakukan sejak 12 April. Pasukan rezim dan oposisi malah mengabaikan peringatan internasional.